STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar pound sterling melemah pada perdagangan Rabu (22/10/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (23/10/2025) WIB. Penurunan ini terjadi setelah inflasi Inggris di September tetap di level 3,8%. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebelumnya memproyeksikan kenaikan.
Mengutip CNBC International, pound menjadi mata uang utama yang paling lemah karena inflasi yang stagnan memicu spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Bank of England (BoE). Sebelumnya, pelaku pasar sempat memperkirakan inflasi akan meningkat tipis.
“Ketika BoE memberikan sinyal hawkish beberapa waktu lalu, mereka memperkirakan inflasi akan lebih kuat dari estimasi pasar. Namun, hal itu belum terbukti,” ujar Francesco Pesole, analis valuta asing di ING.
Investor kini memperkirakan peluang sekitar 75% bagi BoE untuk memangkas suku bunga sebelum akhir tahun, naik dari 46% sebelum data inflasi dirilis.
“Data kali ini memberi sinyal jelas bahwa inflasi mulai melemah. Kondisi ini bisa mempercepat langkah pemangkasan suku bunga sebelum Februari,” tulis analis Goldman Sachs dalam risetnya.
Sementara itu, dolar AS turun tipis 0,04% terhadap yen menjadi 151,875 yen. Yen sempat menyentuh level terendah dalam sepekan pada Selasa setelah laporan Reuters menyebut Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tengah menyiapkan paket stimulus ekonomi baru senilai lebih dari 13,9 triliun yen atau sekitar US$92,19 miliar untuk membantu rumah tangga menghadapi inflasi.
Sejak awal Oktober, yen sudah melemah 2,5% terhadap dolar. Ini menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Juli, dipicu ekspektasi pasar terhadap kebijakan fiskal longgar di bawah pemerintahan Takaichi serta hubungan yang lebih akomodatif dengan Bank of Japan (BoJ).
“Pernyataan awal Takaichi menunjukkan ia berusaha menenangkan pasar dan tidak ingin memperburuk pelemahan yen,” kata Pesole dari ING.
Takaichi, yang dikenal mendukung kebijakan fiskal dan moneter longgar, menegaskan keputusan suku bunga sepenuhnya menjadi kewenangan BoJ.
Menteri Keuangan baru Jepang, Satsuki Katayama, menambahkan, “Pemerintah dan Bank of Japan perlu berkoordinasi agar kebijakan ekonomi dan moneter bisa berjalan efektif.”
BoJ dijadwalkan mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya pada 30 Oktober. Pasar memperkirakan peluang sekitar 20% untuk kenaikan suku bunga seperempat poin menjadi 0,75%.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, turun 0,08% menjadi 98,897 setelah menguat tiga hari berturut-turut.
Dari sisi politik, Presiden Donald Trump menolak permintaan anggota parlemen Partai Demokrat untuk bertemu selama penutupan pemerintahan AS yang sudah berlangsung tiga minggu. Situasi ini memperumit langkah Federal Reserve menjelang pertemuan pada 29 Oktober.
Meski begitu, bank sentral AS masih diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pekan depan dan sekali lagi pada Desember, menurut jajak pendapat Reuters.
Data LSEG menunjukkan peluang 97% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan tersebut.
Sementara itu, euro naik 0,09% ke posisi US$1,16 setelah pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin ditunda karena Moskow menolak seruan gencatan senjata segera di Ukraina.
