Jumat, Agustus 8, 2025
29.6 C
Jakarta

Saham AYLS Diprediksi Gacor, Populasi Lahan Sawit di Indonesia Masih Terbuka Luas

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indonesia sebagai negara berbasis sumber daya alam, ini yang memungkinkan sektor perkebunan ini menjadi kontributor bagi pendapatan negara. Sehingga hal inilah, yang menjadi peluang bagi perusahaan di sektor perkebunan baik itu BUMN maupun Swasta untuk bisa tumbuh ke depannya.

Founder LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menjelaskan, kalau diperhatikan di sektor agribusiness ini menjadi primadona di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, Indonesia adalah negara resource based.

Menurutnya, dengan menjadi primadona dapat memberikan dampak positif terhadap saham- saham yang bergerak di sektor agribusiness, salah satunya PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS).

Sebagai catatan, harga saham AYLS ditutup naik Rp36 atau menguat 34,95% menjadi Rp139 per saham pada perdagangan Selasa (27/5/2025).

Ia memprediksi, untuk harga saham emiten kelapa sawit tersebut akan menguji level terendah diangkat Rp64 per lembar saham, dan untuk level tertingginya Lucky yakin bisa menembus level Rp129 per lembar saham.

“Inilah fair value dalam jangka panjang, yang diartikan ini adalah harga yang wajar jika kita lihat dalam jangka panjang. Demikian pula, kita melihat dari angka saat ini, berapakah fair value dalam kondisi koreksi atau kelemahan,” ucapnya melalui keterangan tertulis, Selasa (27/5/2025).

Lucky menambahkan, adapun faktor yang mendorong pergerakan harga saham AYLS dalam jangka panjang bisa berada di level 129 per lembar karena populasi lahan sawit di Indonesia masih terbuka luas. Dengan begitu, perseroan dapat lebih ekspansif dalam melakukan aksi korporasi.

“Dengan cakupan lahan yang sangat luas, seharusnya perusahaan ini lebih gencar melakukan aksi korporasi, lebih gencar melakukan restructuring untuk mencapai nilai fundamental yang menarik,” pungkasnya.

Meski demikian, Lucky pun mengingatkan kepada para investor untuk bisa lebih cermat dan hati – hati dalam mengelola portofolio saham di sektor tersebut. Sebab, sektor agribusiness ini dapat dikatakan sektor yang defensif. “Sehingga ini akan menentukan bagaimana struktur portfolio investor yang ingin melihat tiga dimensi waktu, jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang,” tutupnya.

Artikel Terkait

Berlanjut! Pengendali Buang Lagi 1,49% Saham DEWA di Harga Bawah, Kantongi Cuan Segini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Aksi jual saham PT Dharma Henwa...

Adi Sarana Suntik Modal Anak Usaha Menjadi Rp29,6 Miliar, Tujuannya Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA),...

IHSG Kembali Turun 0,18% ke 7.490,183 Dipicu DCII, BMRI, TLKM, CDIA dan CUAN

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru