STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk atau Cinema XXI, telah berkiprah di jagat hiburan Tanah Air sejak tahun 1987. Setelah sekitar 36 tahun beroperasi, kelompok bioskop terbesar di Indonesia itu, akhirnya memutuskan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana saham atau initial public offering (IPO).
Calon emiten di bidang bioskop dan restoran ini, berencana melepas 8,335 miliar saham baru pada 27-31 Juli 2023. Jumlah saham yang ditawarkan itu, setara dengan 10% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO saham.
Harga saham bernominal Rp8 per unit tersebut ditawarkan kepada publik berkisar antara Rp270 sampai Rp280 per lembar. Itu artinya, total dana segar yang berpotensi diraup Cinema XXI dari aksi korporasi ini, maksimal mencapai Rp2,40 triliun.
Pertanyaannya, mengapa baru sekarang Cinema XXI mau menjadi Perusahaan Tercatat di BEI, setelah lebih dari 30 tahun eksis bahkan merajai industri ini?
Hans Gunadi, Direktur Utama Nusantara Sejahtera Raya, punya jawaban sendiri. Menurutnya, saat inilah momen yang paling tepat bagi Perseroan untuk menjejakan kaki di Bursa. Pasalnya, potensi pasar hiburan terkait dengan bioskop sangatlah besar di Indonesia.
Mengutip survei yang dilakukan oleh Euromonitor International di awal tahun 2023, terungkap fakta yang menyatakan bahwa sekitar 76% masyarakat di Indonesia pergi ke bioskop setidaknya sekali dalam sebulan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 62% di antaranya menilai menonton merupakan salah satu kegiatan sosial utama bersama keluarga dan sahabat.
Masih berdasarkan sumber riset yang sama, potensi pertumbuhan jumlah layar bioskop di Tanah Air masih sangat besar. Pasalnya, Indonesia baru memiliki 7,6 layar per satu juta penduduk. Adapun total layar bioskop dari seluruh operator di Indonesia hingga akhir tahun 2022 diestimasi sekitar 2.107 layar.
Sebagai perbandingan, berkaca pada hasil riset Euromonitor, negara maju rata-rata memiliki 84,3 layar per satu juta penduduk (estimasi 2022. Sementara itu, di Asia Tenggara rata-rata memiliki 30,2 layar per satu juta penduduk.
Selain itu, Euromonitor juga mencatat, Indonesia memiliki industri film domestik yang besar dan berkembang. Hingga akhir 2023, kontribusi film domestik terhadap gross box office/GBO Indonesia diproyeksikan sebesar 51%.
Adapun Cinema XXI sekarang tercatat sebagai pemimpin pasar di industri bioskop negeri ini. Hingga akhir 2022, Cinema XXI memiliki 1.216 layar di 225 lokasi bioskop yang tersebar pada 55 kota di Indonesia.
“Dengan propek peningkatan jumlah masyarakat berpenghasilan menengah dan kondisi demografi Indonesia yang cukup unik, kami rasa, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk go public atau IPO,” ujar Hans, dalam keterangan resmi kepada media, di Jakarta, Jumat (7/7/2023).
Ia menggarisbawahi, pendanaan yang diperoleh Perseroan dari IPO ini akan menperkuat permodalan Cinema XXI. Ini dapat mendukung perluasan jejaring bisokop Perseroan di seantero nusantara. “Kami dapat menjangkau daerah- daerah yang selama ini belum terdapat bioskop,” bebernya.
Cinema XXI, lanjut Hans, akan menggunakan sekitar 65% dari dana hasil IPO untuk pendanaan belanja modal pengembangan jejaring bioskop di Indonesia. Ini akan dilakukan melalui pembangunan bioskop baru, pembelian peralatan proyeksi gambar dan suara dengan teknologi terbaru dan peralatan lainnya untuk meningkatkan kualitas bioskop yang ada saat ini dan kenyamanan penonton. Sekitar 15% akan digunakan untuk modal kerja. Sekitar 20% akan digunakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek Perseroan.
“Kami optimistis terhadap perkembangan industri hiburan di Tanah Air, terutama sektor bioskop. Hal ini didukung oleh budaya menonton film yang kuat di Indonesia serta potensi pertumbuhan jumlah layar bioskop di Indonesia masih sangat besar. Selain itu, pemilihan lokasi yang strategis dimana mayoritas lokasi bioskop Cinema XXI berada di pusat perbelanjaan terkenal dengan arus pengunjung tinggi juga mendukung pertumbuhan bisnis kami,” ungkap Hans.
IPO Cinema XXI akan didahului dengan penawaran awal (book building) yang mulai dibuka pada 10-14 Juli 2023. Untuk memuluskan aksi korporasi ini, PT Indo Premier Sekuritas, PT J.P. Morgan Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas dan PT UBS Sekuritas Indonesia ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi Efek.
Rencananya, saham Cinema XXI akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Agustus 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat menerbitkan pernyataan efektif untuk IPO Cinema XXI pada 25 Juli 2023.
Pada 2022, Cinema XXI berhasil mencetak kenaikan total pendapatan sebesar Rp3,12 triliun atau tumbuh 243,8% menjadi Rp4,40 triliun dari Rp1,280 triliun pada 2021. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan usaha bioskop, makanan dan minuman, iklan dan kegiatan usaha lainnya.
Dari pendapatan bersih tersebut, Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp504,54 miliar pada 2022. Kondisi ini berbanding terbalik jika dibandingkan rugi Perseroan mencapai Rp365,80 miliar pada 2021.
Sementara itu, total aset Perseroan meningkat 5,14%, dari Rp6,42 triliun pada 2021 menjadi Rp6,75 triliun pada 2022. Jumlah liabilitas juga naik 67%, dari Rp2,46 triliun menjadi Rp4,11 triliun pada 2022. Sedangkan jumlah ekuitas Perseroan turun 33% menjadi Rp2,65 triliun pada 2022, dari Rp3,96 triliun pada 2021.
