STOCKWATCH.ID (LAMPUNG) – PT United Tractors Tbk (UNTR) menargetkan kenaikan signifikan produksi batu bara pada 2026. Perusahaan optimistis target baru tercapai setelah berbagai kendala logistik mulai teratasi.
Corporate Secretary PT United Tractors Tbk, Ari Setiawan, menjelaskan persoalan utama berasal dari fenomena alam. Curah hujan rendah membuat transportasi sungai terganggu. Ketinggian air berada di bawah normal sehingga kapal pengangkut tidak bisa beroperasi.
UNTR langsung menyiapkan sejumlah mitigasi. Ari Setiawan menyampaikan langkah itu mencakup pembangunan pelabuhan baru, dermaga, washing plant, dan intermediate stockpile untuk menambah kapasitas angkut.
“Izin penambahan produksi sebenarnya sudah diajukan, namun sebelumnya terkendala logistik tersebut,” ujar Ari, di Lampung, ditulis Sabtu (22/11/2025).
Ia menambahkan pembangunan fasilitas logistik baru sedang berlangsung. Proyek ini ditargetkan selesai pada awal tahun depan atau akhir semester pertama. Setelah itu perusahaan berharap produksi batu bara meningkat signifikan pada 2026.
UNTR menargetkan produksi dari tambang PT Tuah Turangga Agung (TTA) mencapai 15 juta ton pada 2026. Jika ditambah bisnis coal trading dari pihak ketiga, total produksi dan penjualan diproyeksikan menyentuh 18,8 juta ton.
TTA atau Turangga Resources merupakan anak perusahaan PT Pamapersada Nusantara dan UNTR yang mengelola aset tambang batu bara di bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi milik Astra.
Untuk tahun ini, proyeksi produksi dan penjualan diperkirakan berada di kisaran 14,5 hingga 14,6 juta ton. Sebagian besar batu bara perusahaan masuk kategori medium hingga high calorie sehingga mayoritas pasar adalah ekspor.
Ari Setiawan menjelaskan penjualan ke pasar domestik tetap ada. Volume penjualan domestik sekitar 2 hingga 2,5 juta ton. Penjualan ini berasal dari investasi perusahaan di Tanjung Jati serta tambang metcoal yang dipasok ke industri nikel dalam negeri.
Terkait kewajiban Domestic Market Obligation (DMO), perusahaan siap membayar kompensasi jika tidak dapat memenuhi kuota 25%. Kondisi ini terjadi karena spesifikasi batu bara domestik umumnya memerlukan kalori rendah. Sementara batu bara UNTR didominasi kalori menengah hingga tinggi.
Wilayah tujuan ekspor utama UNTR adalah Jepang dan Korea Selatan. Dua negara itu menggunakan pembangkit listrik yang membutuhkan batu bara dengan kualitas medium hingga tinggi. Pasar Tiongkok cenderung memakai batu bara berkalori rendah sehingga tidak menjadi target ekspor perusahaan.
UNTR mengoperasikan konsesi thermal coal seperti SMM dan TOP serta metcoal berkualitas tinggi. Segmen Jepang dan Korea tetap menjadi fokus pasar tanpa rencana membuka pasar baru untuk negara yang memerlukan batu bara kalori rendah.
