STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ambruk pada penutupan perdagangan Selasa (11/3/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (13/3/2025) WIB. Investor panik setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru. Indeks utama pasar saham Amerika Serikat kompak tertekan di akhir perdagangan. Ketidakpastian pasar semakin meningkat akibat kebijakan tersebut.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 478,23 poin atau 1,14% ke level 41.433,48. Indeks S&P 500 (SPX) mengalami penurunan 42,49 poin atau 0,75% ke level 5.572,07. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, terkoreksi tipis 32,22 poin atau 0,18% ke level 17.436,1.
Pasar awalnya sempat menguat sebelum Trump tiba-tiba mengumumkan bahwa tarif impor baja dan aluminium Kanada akan naik dua kali lipat dari 25% menjadi 50% mulai Rabu. Keputusan ini diambil setelah Ontario Premier Doug Ford mengenakan biaya tambahan pada listrik yang diekspor ke AS.
Namun, keputusan itu kemudian berubah. Ford akhirnya menangguhkan sementara biaya tambahan 25% setelah berbicara dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Beberapa jam kemudian, penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, mengatakan kenaikan tarif ke 50% tidak akan terjadi, tetapi tarif 25% tetap diberlakukan.
Kebijakan tarif yang tidak konsisten ini semakin mengguncang pasar dan membuat pelaku usaha serta konsumen khawatir. Dalam tiga minggu terakhir, sentimen pasar memang sudah terganggu oleh kebijakan perdagangan yang dianggap serampangan.
Senin lalu, Nasdaq mencatat hari terburuk sejak September 2022 setelah anjlok 4%. Sementara itu, Dow sempat kehilangan hampir 900 poin dalam sehari. Citigroup bahkan menurunkan peringkat saham AS dari overweight menjadi netral, mengutip perlambatan ekonomi sebagai alasan utama.
“Kita melihat bahwa pemerintahan saat ini memiliki toleransi tinggi terhadap gejolak ekonomi demi tujuan perdagangan yang tidak sepenuhnya bersifat ekonomi,” kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi Baird. “Saya masih yakin kita belum di ambang resesi, tapi mungkin akan mengalami perlambatan ekonomi yang cukup signifikan.”
Sinyal perlambatan ekonomi juga diperkuat oleh laporan dari Delta Air Lines yang memangkas proyeksi laba akibat lemahnya permintaan di AS. Saham maskapai ini langsung anjlok 7,3%, sementara saham Disney dan Airbnb ikut tertekan masing-masing 5%.
Di tengah kepanikan pasar, Trump tampak santai menanggapi gejolak di Wall Street. “Pasar akan naik dan turun, tapi yang lebih penting, kita harus membangun kembali negara kita,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Putih.
Kini, investor menunggu data indeks harga konsumen (CPI) Februari yang akan dirilis pada Rabu. “CPI ini krusial. Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, The Fed bisa saja menunda pemangkasan suku bunga yang diharapkan pasar,” ujar Mayfield. “Namun, jika inflasi terkendali, The Fed punya ruang untuk memangkas suku bunga demi mencegah perlambatan ekonomi lebih dalam.”