STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir beragam pada penutupan perdahangan Selasa (25/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (26/2/2025) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York menguat 159,95 poin atau 0,37% menjadi 43.621,16. Indeks S&P 500 (SPX) melemah 28 poin atau 0,47% mencapai 5.955,25. Ini jadi penurunan beruntun keempat bagi S&P 500. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, mengalami tekanan paling besar, turun 260,54 poin atau 1,35% ke posisi 19.026,39
Saham teknologi jadi biang kerok pelemahan ini. Nvidia terjun 2.8%, sementara Palantir amblas 3%. Tesla bahkan lebih parah, longsor lebih dari 8% hingga nilai pasarnya jeblok di bawah US$1 triliun.
Investor panik setelah data kepercayaan konsumen dari Conference Board jauh di bawah ekspektasi. Ini memperburuk sentimen setelah serangkaian data ekonomi lemah, termasuk penjualan ritel dan manufaktur yang mengecewakan. Pandangan hati-hati dari Walmart makin menambah kecemasan pasar.
“Semua ini bikin orang mulai ragu apakah perekonomian AS masih bisa bertahan kuat seperti dua tahun terakhir,” kata Ross Mayfield, analis di Baird Private Wealth Management.
Pelaku pasar pun buru-buru masuk ke aset aman. Yield obligasi AS tenor 10 tahun turun di bawah 4.3%, level terendah sejak Desember. Bitcoin ikut terkapar, turun di bawah US$90,000 atau 20% di bawah rekor tertingginya.
Saham bank besar ikut tumbang. Goldman Sachs, Wells Fargo, dan JPMorgan Chase kompak turun lebih dari 1%. Meta Platforms juga melemah 1.6%.
Kekhawatiran ekonomi makin diperburuk oleh isu perdagangan. Presiden Donald Trump menegaskan tarif impor dari Kanada dan Meksiko akan tetap berlaku setelah moratorium 30 hari berakhir. AS juga dikabarkan bakal memperketat pembatasan ekspor semikonduktor ke China.
Kini, perhatian investor tertuju ke laporan keuangan Nvidia yang akan dirilis Rabu malam. Saham raksasa chip ini sudah turun lebih dari 5% sepanjang 2025, tertinggal dari pasar secara keseluruhan.