STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada penutupan perdagangan Selasa (25/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (26/2/2025) WIB. Pernyataan Presiden AS Donald Trump soal kebijakan luar negeri membuat pasar bergejolak.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent, turun US$1,43 atau 1.9% menjadi US$73,37 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah US$1,42 atau 2% mencapai US$69,23 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kebijakan Trump soal perdamaian dengan Rusia menimbulkan spekulasi bahwa sanksi terhadap negara tersebut akan dicabut. Jika benar terjadi, pasokan minyak dari Rusia bisa kembali membanjiri pasar tanpa hambatan.
Di sisi lain, hubungan AS dengan Kanada, Meksiko, dan negara-negara Eropa semakin panas. Trump menegaskan bahwa tarif impor dari Kanada dan Meksiko akan tetap berlaku mulai 4 Maret.
Para analis menilai kebijakan ini bisa menghambat pertumbuhan permintaan minyak global. Dengan kondisi seperti ini, harga minyak diperkirakan akan tetap berada di kisaran US$70 hingga US$82 per barel dalam waktu dekat.
AS juga kembali menekan Iran dengan gelombang sanksi baru. Langkah ini bertujuan untuk membatasi ekspor minyak Iran, yang merupakan produsen terbesar ketiga di OPEC dengan produksi 3,2 juta barel per hari pada Januari.
Sementara itu, Eropa dan Inggris memperketat sanksi terhadap kapal-kapal yang membantu Rusia menghindari embargo minyak. Uni Eropa menambahkan 73 kapal ke dalam daftar hitam, sementara Inggris memasukkan 40 kapal lainnya.
Pasar juga dibayangi ketidakpastian permintaan minyak dari China. Hingga pertengahan Maret, investor masih menunggu keputusan pemerintah China terkait stimulus ekonomi dan target pertumbuhan 2025.
Di sisi lain, permintaan bahan bakar di Barat masih cukup kuat, terutama di AS dan Eropa. Marjin pengolahan minyak di Singapura juga meningkat menjadi US$3,50 per barel pada Februari, naik dari US$2,30 per barel bulan lalu.