STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali ditutup menguat pada penutupan perdagangan Selasa (10/6/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (11/6/2025) WIB. Kenaikan ini dipicu oleh harapan investor terhadap hasil positif dari perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) naik 105,11 poin atau 0,25% menjadi posisi 42.866,87. Indeks S&P 500 (SPX) 500 menanjak 32,93 poin atau 0,55% mencapai 6.038,81. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, menguat 123,75 poin atau 0,63% ke posisi 19.714,99.
Kenaikan ini menjadi hari ketiga berturut-turut bagi indeks S&P 500 dan Nasdaq yang mencatatkan penguatan.
Pertemuan antara pejabat Amerika Serikat dan China berlangsung untuk hari kedua di London. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyampaikan harapan agar pembicaraan bisa rampung pada Selasa malam waktu setempat.
“Saya rasa pembicaraan berjalan sangat, sangat baik. Kami benar-benar meluangkan waktu, tenaga, dan fokus — semua orang bekerja keras,” ujar Lutnick kepada wartawan di London.
Investor memantau perkembangan negosiasi ini dengan cermat. Mereka berharap hasilnya tidak memicu kembali perang tarif antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Bulan lalu, AS dan China sepakat untuk sementara menurunkan tarif mereka. Kesepakatan ini dianggap sebagai langkah maju yang penting setelah Presiden AS Donald Trump sempat mengumumkan rencana menerapkan tarif tinggi dan luas atas barang impor.
Selama Juni, pasar saham AS mengalami penguatan. Kinerja ini didorong oleh harapan atas negosiasi perdagangan global dan ketangguhan pasar secara umum.
Penguatan juga disokong oleh laporan keuangan perusahaan yang solid dan bangkitnya saham-saham teknologi. Banyak saham teknologi terdongkrak oleh berbagai pengumuman terbaru di sektor kecerdasan buatan.
“Secara teknikal, saham-saham mengalami penguatan yang cukup baik dan berhasil melewati level penting untuk kembali ke jalur positif,” kata Jay Woods, Chief Global Strategist di Freedom Capital Markets.
“Reli ini mirip dengan pergerakan saham teknologi lain yang mencoba kembali ke level tertingginya. Kabar baiknya, dengan perubahan arah saat ini, potensi pelemahan pun tetap memiliki titik balik yang baik dari sisi risiko dan imbal hasil,” lanjutnya.
Meski begitu, ada sebagian investor yang masih mewaspadai potensi dampak inflasi dari tarif yang ada saat ini.
“Gambaran saat ini belum sepenuhnya jelas, namun tarif-tarif yang bisa ditegakkan masih berlaku,” ujar Mark Malek, Chief Investment Officer di Siebert Financial.
“Bank Sentral AS khawatir efek inflasi dari tarif ini belum sepenuhnya terlihat. Berdasarkan tarif-tarif kompleks yang berlaku saat ini, kami memperkirakan sektor seperti otomotif, pakaian, dan makanan akan menunjukkan tanda-tanda awal inflasi akibat tarif,” tambahnya.
Pasar kini menantikan hasil konkret dari pembicaraan AS-China. Semua mata tertuju pada London, berharap ada kabar baik untuk menenangkan pasar global.