STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street rebound pada penutupan perdagangan Jumat (5/4/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (6/4/2024) WIB. Pasar saham Amerika Serikat (AS) menguat setelah Dow Jones Industrial Average mengalami sesi terburuk dalam lebih dari setahun. Hal ini terjadi karena para trader menyambut baik laporan pekerjaan yang melebihi perkiraan, sementara mereka mengabaikan kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC International, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS ditutup naik sebesar 307,06 poin, atau 0,8%, menjadi 38.904,04. Demikian pula dengan indeks S&P 500 (SPX), menguat sebesar 57,13 poin atau 1,11% menjadi 5.204,34. Segendang sepenarian, indeks komposit Nasdaq (IXIC) mengalami kenaikan sebesar 199,44 poin atau 1,24%, mencapai 16.248,52.
Meskipun mengalami rebound, ketiga indeks utama tersebut masih mencatatkan penurunan sepanjang minggu ini. Dow tergelincir sebesar 2,27%, mencatatkan performa mingguan terburuk pada tahun 2024. S&P 500 turun 0,95%, sedangkan Nasdaq kehilangan 0,8%.
Pada Jumat, imbal hasil surat utang Pemerintah AS meningkat setelah laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat sebesar 303.000 pada bulan Maret, melebihi perkiraan sebelumnya. Upah juga naik 0,3% selama bulan tersebut dan 4,1% dari tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan.
Investor terbagi antara ingin melihat ekonomi yang kuat untuk mendukung pertumbuhan laba perusahaan lebih lanjut dan menginginkan pasar tenaga kerja yang lemah agar Federal Reserve memangkas suku bunga. Jamie Cox, mitra manajemen dari Harris Financial Group, menyatakan bahwa “Para pasar saham saat ini sedang bingung, tetapi keadaan ekonomi yang mendasar, seperti laporan pekerjaan, terus mengkonfirmasi dua hal: pertumbuhan lapangan kerja yang kuat dan bahwa ekonomi belum sampai pada tahap resesi.”
Dow turun sekitar 530 poin, atau 1,35%, pada hari Kamis, mencatatkan penurunan harian terbesar sejak Maret 2023 dan sesi keempat berturut-turut yang merugi. Lonjakan harga minyak mentah dan komentar dari Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari menjadi penyebab penurunan tersebut, di mana ia mempertanyakan apakah suku bunga harus diturunkan di tengah inflasi yang tinggi.