Senin, Agustus 11, 2025
26.7 C
Jakarta

Wall Street Tertekan Berjamaah, S&P 500 Kembali Menderita Kerugian Mingguan!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street mengalami tekanan secara berjamaah pada penutupan perdagangan Jumat (15/3/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (16/3/2024). Pekan ini, bursa saham Amerika Serikat (AS) itu, kembali menderita kerugian mingguan kedua berturut-turut. Saham teknologi tertekan lagi seiring keprihatinan terhadap inflas. Isu inflasi ini tetap menjadi perhatian utama para pelaku pasa menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan depan.

Mengutip CNBC International, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS ditutup merosot 190,89 poin atau 0,49% ke level 38.714,77. Berbanding lurus dengan indeks S&P 500 (SPX) yang terpotong 33,39 poin atau 0,65% menjadi 5.117,09. Setali tiga uang, indeks komposit Nasdaq (IXIC), juga kehilangan 155,36 poin atau 0,96% menjadi 15.973,17.

S&P 500 mengalami pelemahan sebesar 0,13% dalam seminggu ini. Sedangkan Dow Jones yang terdiri dari 30 saham turun tipis sebesar 0,02%, dan Nasdaq merosot sebesar 0,7%.

Saham-saham teknologi kembali jatuh berguguran. Saham Amazon dan Microsoft misalnya, masing-masing merosot lebih dari 2%.  Saham Apple dan Alphabet yang merupakan induk dari Google juga ikut tergelincir. Sedangkan saham raksasa chip, Nvidia, bergerak naik-turun pekan ini seiring kekhawatiran para trader akan valuasi saham dan melakukan aksi ambil untung pada saham yang tengah naik daun. Meskipun ditutup sedikit lebih rendah hari ini, saham tersebut masih naik sekitar 0,4% dalam seminggu.

Investor tetap waspada setelah sejumlah data dari awal pekan ini. Indeks harga produsen bulan Februari, sebagai indikator inflasi grosir, naik lebih dari yang diperkirakan oleh para ekonom. Data ini membantu mendorong kenaikan pada obligasi pemerintah AS 10 tahun sekitar 22 basis poin dalam seminggu ini, seiring dengan pertanyaan investor apakah data ekonomi terbaru terlalu kuat bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter. Federal Reserve akan memulai pertemuan kebijakannya selama dua hari pada 19 Maret.

Menurut Thierry Wizman, strategist global FX dan suku bunga di Macquarie mengemukakan, rilis ekonomi terkini dapat mempertanyakan apakah Federal Reserve merasa inflasi telah cukup mereda. Sehingga, bank sentral AS tersebut dapat memulai penurunan level suku bunga tahun ini dan bisa meningkatkan tingkat pinjaman jangka panjang, menurut

“Wah, masalah lain di sini bukan hanya proyeksi tahun 2024 dan 2025 [dot plot], tetapi masalah lain yang sedang dipikirkan oleh Federal Reserve termasuk bahwa pasar terlalu ramai,” ujar Wizman. “Untuk alasan itu, itu bisa menjadi sinyal bahwa Federal Reserve menganggap tingkat suku bunga jangka panjang seharusnya lebih tinggi.”

Meskipun begitu, menurut data dari instrumen CME FedWatch Tool, peluang Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mempertahankan suku bunga dalam pertemuan pekan depan mencapai 99%.

Artikel Terkait

Semester I 2025, Penumpang Internasional Tercatat 9,7 Juta Orang, Naik 9,11%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan jumlah...

Tarif AS Bikin Geger! Bursa Saham Eropa Langsung Merosot

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa melemah pada penutupan...

Bursa Eropa Kompak Melemah, Saham Pertahanan Justru Meledak 13%!

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa melemah pada penutupan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru