STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pasar saham Asia melemah pada penutupan perdagangan Kamis sore (19/12/2024). Penurunan ini dipicu oleh isyarat mengejutkan dari Federal Reserve (The Fed). Meski Bank Sentral Amerika Serikat (AS) memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, sinyal pengurangan lebih sedikit di masa depan memicu kepanikan pasar.
Mengutip CNBC International, indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,69% menjadi 38.813,58. Topix melemah 0,22% ke 2.713,83. Yen Jepang terdepresiasi 0,74% terhadap dolar AS, mencapai level terendah dalam sebulan di 155,94 per US$.
Di Korea Selatan, tekanan lebih besar terasa. Indeks KOSPI anjlok 1,95% ke 2.435,93. Kosdaq juga turun 1,89% ke 684,36. Won Korea melemah ke level terendah sejak Maret 2009, diperdagangkan di 1.452,33 per US$.
Pasar Australia ikut tertekan. Indeks S&P/ASX 200 melemah 1,7% menjadi 8.168,2. Hang Seng Index di Hong Kong juga turun 0,56% ke 19.752,51.
Namun, dari China daratan, ada sedikit harapan. Indeks CSI 300 naik tipis ke 3.945,46, meskipun Shanghai Composite turun 0,36% ke 3.370,03. Shenzhen justru mencatat kenaikan, dengan indeksnya naik 0,61% ke 10.649,03.
Penurunan juga terjadi di kawasan lain. Indeks Nifty 50 India melemah 1,02% menjadi 23.951,7. Indeks STI Singapura turun 0,44% ke 3.762,88. NZX 50 Selandia Baru turun 0,87% menjadi 12.754,15. Indeks SETI Thailand anjlok 1,53% ke 1.377,53.
Sebaliknya, Bursa Malaysia mencatat kenaikan tipis 0,03% ke 1.600,09. Namun, indeks Taiwan terperosok 1,02% ke 22.932,25.
CNBC 100 yang mencerminkan saham-saham unggulan Asia kehilangan 1,75% ke 9.885,62. Indeks SGX-CNBC China Growth juga terkoreksi 0,34% ke 1.325,59.
Di sisi lain, ekonomi Selandia Baru resmi masuk resesi. Data menunjukkan PDB menyusut 1% pada kuartal ketiga. Dua kuartal berturut-turut penurunan ini menjadi indikator resesi teknis.
Bank of Japan mempertahankan suku bunga di 0,25%. Gubernur Kazuo Ueda menegaskan kebijakan ini akan terus dievaluasi sesuai proyeksi ekonomi.