STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terjadinya peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan pada dua emiten, yakni PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) dan PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (PGLI). Kegiatan ini termasuk dalam kategori Unusual Market Activity (UMA) dan menjadi perhatian bagi investor.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menjelaskan UMA tidak otomatis menunjukkan adanya pelanggaran peraturan pasar modal. “Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di laman Bursa, dikutip Senin (15/9/2025).
Saham KJEN sebelumnya juga sempat mendapatkan perhatian Bursa. Pada periode 30 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025, perdagangan saham KJEN dihentikan sementara di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. Sebelumnya, pada 24 Desember 2024, Bursa melakukan penghentian sementara perdagangan saham KJEN dalam rangka cooling down. Selain itu, UMA atas saham KJEN pernah tercatat pada 18 Desember 2024.
Yulianto mengimbau investor untuk tetap cermat dalam mengambil keputusan investasi. “Investor diharapkan memperhatikan jawaban Perusahaan Tercatat atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja dan keterbukaan informasi perusahaan, serta mengkaji kembali rencana corporate action jika belum mendapat persetujuan RUPS,” jelasnya.
Saham PGLI juga menjadi sorotan BEI karena aktivitas harga yang tidak wajar. Informasi terakhir terkait perusahaan ini adalah laporan bulanan registrasi pemegang efek per 6 September 2025. Yulianto menekankan pentingnya kehati-hatian investor. “Pertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi,” katanya.
Investor diimbau terus memperhatikan keterbukaan informasi dari kedua emiten ini agar keputusan investasi lebih matang dan terinformasi dengan baik.
Harga saham KJEN mengalami lonjakan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat, 12 September 2025. Harga saham KJEN ditutup Rp208 per saham, naik Rp37 atau 21,64% dibandingkan penutupan sebelumnya Rp171 pada Kamis, 11 September 2025.
Pada hari yang sama, saham KJEN dibuka di level Rp193 per lembar. Harga tertinggi mencapai Rp230 dan terendah Rp190. Volume perdagangan tercatat sebanyak 143.043.600 saham. Sepanjang tahun berjalan, harga tertinggi saham KJEN tercatat Rp208, sedangkan harga terendah Rp80 pada 9 April 2025. Dalam 52 minggu terakhir, saham bergerak di kisaran Rp60 hingga Rp232 per lembar. Kapitalisasi pasar perusahaan saat ini mencapai Rp104 miliar.
Namun, pada perdagangan Senin, 15 September 2025, saham KJEN kembali melemah. Harga berada di level Rp190 per saham, turun 18 poin atau 8,65% dibandingkan penutupan Jumat. Pada perdagangan pagi, saham dibuka di Rp208 per lembar, sempat menyentuh harga tertinggi Rp208 dan terendah Rp177. Kapitalisasi pasar KJEN tercatat sebesar Rp95 miliar. Rasio harga terhadap laba (P/E ratio) dan dividen yield belum tersedia. Sepanjang 52 minggu terakhir, harga saham bergerak antara Rp60 hingga Rp232 per lembar.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 12 September 2025, harga saham PGLI mencapai Rp252 per lembar. Angka ini naik Rp65 atau 34,76% dibandingkan harga penutupan sebelumnya Rp187.
Pada hari yang sama, saham dibuka di level Rp191 per lembar, dengan harga tertinggi Rp252 dan terendah Rp178. Volume perdagangan tercatat mencapai 4.410.300 saham. Sepanjang tahun berjalan, harga saham PGLI bergerak di kisaran Rp114 hingga Rp252, sedangkan dalam 52 minggu terakhir, harga terendah dan tertinggi berada pada level Rp110 hingga Rp252. Kapitalisasi pasar perusahaan tercatat mencapai Rp122,976 miliar.
Kenaikan harga saham berlanjut pada perdagangan Senin, 15 September 2025. Per pukul 10.11 WIB, harga saham PGLI berada di level Rp268 per lembar, naik Rp16 atau 6,35% dibandingkan penutupan sebelumnya. Saham dibuka pada Rp314 per lembar, dengan harga tertinggi hari ini mencapai Rp314 dan terendah Rp256.
Saat ini, kapitalisasi pasar PGLI mencapai Rp130,78 miliar, dengan rasio harga terhadap laba (P/E) tercatat sebesar 45,20. Dalam 52 minggu terakhir, harga saham perusahaan bergerak antara Rp110 hingga Rp314 per lembar, menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi namun tetap mencatat tren kenaikan yang signifikan.