Sabtu, November 29, 2025
27.6 C
Jakarta

Dolar Melemah Gegara Isu Shutdown Pemerintah AS dan Data Kerja yang Jelek

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) merosot mendekati level terendah satu pekan pada perdagangan Kamis (2/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (3/10/2025) WIB. Sentimen pasar tertekan oleh penutupan pemerintahan Amerika Serikat serta data tenaga kerja yang mengecewakan.

Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, turun 0,14% ke posisi 97,59. Dolar mencatat pelemahan terbesar terhadap yen Jepang dengan koreksi 0,3% menjadi 146,69.

Pelemahan ini menambah rangkaian penurunan dolar selama empat hari beruntun. Pelaku pasar kini menimbang seberapa lama penutupan pemerintahan akan berlangsung dan dampaknya terhadap rilis data ekonomi serta kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

Data tenaga kerja swasta menambah tekanan bagi dolar. Laporan ADP menunjukkan jumlah tenaga kerja swasta AS turun 32.000 pada September setelah terkoreksi 3.000 di Agustus. Ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan kenaikan 50.000.

“Data ketenagakerjaan ADP AS memicu pelemahan dolar,” kata Kit Juckes, Kepala Strategi Valuta di Societe Generale.

Ia menambahkan, “Pasar bereaksi terhadap data kemarin, tetapi tidak akan nyaman mendorong dolar terlalu jauh dengan data yang kurang bisa diandalkan.”

Situasi ini terjadi di tengah penutupan pemerintah yang membatasi arus data ekonomi resmi, sementara perdebatan politik di Washington semakin tajam.

Francesco Pesole, Analis FX ING, menilai data alternatif akan punya pengaruh lebih besar. “Dengan banyaknya data utama AS yang tertahan karena penutupan pemerintahan, ukuran alternatif seperti ADP dan data Challenger akan berdampak lebih lama dari biasanya,” ujarnya.

Selain itu, pemerintahan Donald Trump membekukan dana US$26 miliar untuk negara-negara bagian yang condong ke Demokrat. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi politik di tengah shutdown.

Dari sisi manufaktur, data Rabu memperlihatkan aktivitas pabrik AS sedikit meningkat pada September. Namun, pesanan baru dan perekrutan tetap lemah karena dampak tarif impor yang diberlakukan Trump.

Sementara itu, Mahkamah Agung AS akan menggelar sidang pada Januari untuk membahas upaya Trump mencopot Gubernur The Fed, Lisa Cook.

Pasar uang kini memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga dua kali lagi tahun ini.

Dari Eropa, euro menguat 0,18% menjadi US$1,1751 setelah inflasi zona euro meningkat pada September. Kenaikan dipicu harga jasa yang lebih tinggi dan penurunan harga energi yang lebih kecil.

“Data ini membenarkan sikap hati-hati ECB, dan bisa membuat suara dovish di dewan pemerintahan lebih tenang,” kata Pesole.

Namun, data juga menunjukkan tingkat pengangguran di kawasan euro naik pada Agustus.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Andalkan Proyek Pemerintah dan Bisnis Modular, WEGE Bidik Kontrak Baru Rp3 Triliun Tahun Depan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — Kondisi ekonomi yang menantang tidak menyurutkan...

Chandra Asri Raih Pembiayaan US$750 Juta Buat Akuisisi SPBU ExxonMobil di Singapura

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Chandra Asia Pacific Tbk (TPIA) ...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru