Senin, Agustus 25, 2025
28.1 C
Jakarta

Dollar Ambruk! Powell Kasih Kode Kuat Suku Bunga Bakal Turun September

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat (22/8/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (23/8/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada rapat September mendatang.

Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama termasuk yen dan euro, turun 1,1% menjadi 97,58. Sebelumnya indeks masih bertahan di kisaran 98,7 sebelum komentar Powell disampaikan.

Euro naik 1,2% ke US$1,1739. Sementara terhadap yen Jepang, dolar AS melemah 1,2% menjadi 146,62.

Powell mengatakan pasar tenaga kerja terlihat seimbang, namun situasi itu tidak biasa. “Ini jenis keseimbangan yang aneh karena terjadi akibat perlambatan besar dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan risiko terhadap lapangan kerja semakin meningkat,” ujarnya di hadapan ekonom dan pembuat kebijakan internasional pada konferensi tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming.

Ia menambahkan risiko tersebut bisa muncul dengan cepat. “Dan jika risiko itu terjadi, dampaknya bisa sangat cepat,” ucap Powell.

Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar di Corpay Toronto, menilai nada Powell lebih dovish dari perkiraan. “Dolar anjlok, peluang pemangkasan suku bunga September meningkat dan pelaku pasar jelas bersiap untuk pelonggaran lebih lanjut,” katanya.

Menurut data CME Group FedWatch Tool, pelaku pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada rapat The Fed 16-17 September sebesar 91%, naik dari 72% sebelumnya. Mereka juga memperkirakan total pemangkasan 56 basis poin hingga akhir tahun, meningkat dari perkiraan 48 basis poin.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga sebelumnya sudah meningkat setelah laporan tenaga kerja Juli jauh di bawah perkiraan. Data harga konsumen yang menunjukkan inflasi masih terkendali akibat tarif impor juga memperkuat pandangan tersebut.

Namun, inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan dan data aktivitas bisnis Agustus yang cukup kuat sempat membuat pelaku pasar menahan ekspektasi. Kini, data ketenagakerjaan diperkirakan menjadi faktor utama dalam arah kebijakan The Fed selanjutnya.

Schamotta menegaskan, “Yang sebenarnya dia sampaikan adalah mereka sedang bersiap menghadapi perubahan kondisi pasar tenaga kerja, dan mandat kedua The Fed kini jauh lebih penting dalam menentukan arah kebijakan.”

Artikel Terkait

Triniti Land Raih Laba Rp5 Miliar di Semester I 2025, Ini Sederet Proyek Penyumbang Pendapatan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN)...

Barito Pacific Kantongi Kredit Jumbo Rp8,088 Triliun dari BRI, Buat Apa?

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –– PT Barito Pacific Tbk (BRPT) meneken...

Dolar AS Menguat Menjelang Pidato Powell di Jackson Hole

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru