Kamis, Oktober 16, 2025
33.8 C
Jakarta

Dunia Sibuk Bahas Tarif AS, Diam-diam China dan Uni Eropa Bersitegang! Ada Apa?

STOCKWATCH.ID (BRUSSELS) – Di tengah sorotan dunia pada kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), ternyata diam-diam ketegangan dagang antara China dan Uni Eropa justru makin memanas. Saling tuding dan aksi balas membalas kini menjadi warna baru dalam hubungan perdagangan dua raksasa ekonomi tersebut. Investigasi dan pembatasan terhadap produk masing-masing negara mulai dilakukan secara terbuka, menyulut konflik yang sudah lama mendidih.

Mengutip CNBC International, ketegangan terbaru terjadi saat Uni Eropa membatasi partisipasi perusahaan China dalam tender alat medis. Tak lama setelah itu, China membalas dengan membatasi impor produk tersebut. Di saat bersamaan, tarif tinggi China terhadap brandy asal Eropa resmi diberlakukan awal bulan ini.

Kritik dari kedua belah pihak makin lantang. “Hubungan dagang China dan Uni Eropa kini cukup buruk,” ujar Marc Julienne, Direktur Pusat Studi Asia di Institut Hubungan Internasional Prancis (Ifri).

Menurut Julienne, kerja sama yang dulunya penuh peluang kini lebih diwarnai risiko.

Akar Masalah Semakin Dalam

Hubungan yang memburuk ini tak lepas dari perbedaan kebijakan industri dan perdagangan kedua pihak. Grzegorz Stec, analis senior Mercator Institute for China Studies, menilai arah kebijakan China dan Uni Eropa sudah saling bertabrakan.

Beijing kini sangat bergantung pada ekspor untuk mendorong ekonominya yang sedang lesu. Namun, Uni Eropa justru berusaha melindungi basis industrinya dari banjir produk impor China.

“Beijing makin terdesak untuk mengekspor, sementara Eropa ingin mempertahankan industrinya,” kata Stec yang juga memimpin kantor Mercator di Brussels.

Masalah lain adalah defisit perdagangan Eropa yang semakin membesar, serta kondisi yang makin sulit bagi perusahaan asing di China. Julienne menyebut China mulai menggunakan perdagangan sebagai senjata politik. Contohnya adalah tarif brandy yang dianggap sebagai balasan atas kebijakan Uni Eropa terhadap mobil listrik buatan China.

Tarif AS Tidak Bantu Redakan Ketegangan

Paket tarif yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump seharusnya bisa menjadi peluang bagi China dan Uni Eropa untuk mempererat hubungan. Sayangnya, hal itu belum terjadi.

“Ini seharusnya bisa jadi momen untuk berkompromi dan memperkuat kerja sama menghadapi tekanan ekonomi dari AS,” kata Julienne. Namun, menurut Jean-Marc Fenet dari ESSEC Institute for Geopolitics & Business, Beijing merasa telah menang dalam drama dagang dengan Washington.

Kondisi itu membuat China tak merasa perlu menjalin aliansi dengan Uni Eropa. Bahkan, ada kekhawatiran jika Uni Eropa akan bergabung dengan sikap anti-China yang dibawa Amerika dalam negosiasi dagang.

Pada Juni lalu, AS dan China sempat mengonfirmasi kesepakatan kerangka dagang. Perjanjian itu mencakup pengaturan ekspor rare earths dan regulasi teknologi. Sebelumnya, China membalas tarif AS dengan membatasi ekspor mineral penting tersebut yang digunakan di industri otomotif, pertahanan, dan energi.

Tak Ada Tanda Jalan Damai

Meski ada harapan dari beberapa pihak, solusi nyata tampaknya masih jauh. Stec memperkirakan ketegangan akan terus berlanjut.

Masalah kelebihan kapasitas dan pengalihan perdagangan belum akan berakhir dalam waktu dekat. Ditambah lagi, ekspor rare earths kini dijadikan alat tawar China dalam negosiasi tarif kendaraan listrik.

Fenet juga tak terlalu optimistis. Menurutnya, langkah protektif Uni Eropa yang makin agresif kemungkinan akan memperburuk friksi dengan China.

“Langkah terbaru terhadap alat medis dari China bisa jadi awal dari friksi yang lebih besar. Dan ini kemungkinan besar akan terlihat di KTT China-Uni Eropa pada 24 Juli di Beijing,” kata Fenet.

KTT tersebut dijadwalkan mempertemukan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dengan Presiden China Xi Jinping. Namun harapan untuk pertemuan itu tidak tinggi.

“Kedua belah pihak tampaknya sudah mengantisipasi pertemuan yang sulit dan kemungkinan tidak membuahkan hasil,” ujar Fenet.

Artikel Terkait

Laporan Keuangan Bank Raksasa Dorong S&P 500 ke Zona Hijau

STOCKWATCH.ID (NEW YORK) – Bursa saham Wall Street ditutup...

Bursa Saham Eropa Rebound, LVMH dan Dior Pimpin Kenaikan Tajam

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa kembali bangkit pada...

Bursa Saham Asia Kompak Menguat, Pasar Cuek dengan Konflik Dagang AS-China

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup menguat pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru