STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia mengalami kenaikan tajam pada penutupan perdagangan Rabu (17/7/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (18/7/2024) WIB. West Texas Intermediate (WTI) naik sekitar 2,4% setelah penarikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan dan pelemahan dolar AS.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 melonjak US$1,94 atau 2,4% mencapai US$82,70 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September 2024, melesat US$1,34 atau 1,6% menjadi US$85,06 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Perbedaan harga antara Brent dan WTI menyempit menjadi sekitar US$3,82 per barel, terendah sejak Oktober. Penyempitan selisih ini berarti perusahaan energi memiliki alasan lebih sedikit untuk mengeluarkan biaya mengirim kapal ke AS untuk mengambil minyak mentah guna ekspor.
Di Amerika Serikat, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa perusahaan energi menarik 4,9 juta barel minyak mentah dari penyimpanan selama pekan yang berakhir pada 12 Juli. Angka ini jauh melebihi perkiraan penurunan 30.000 barel dari jajak pendapat Reuters dan penurunan 4,4 juta barel dalam laporan dari kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API).
Dalam berita pengilangan AS, selisih harga diesel dan 321-crack yang mengukur margin keuntungan pengilangan turun ke level terendah sejak Desember 2021 dan Januari 2024. Pelemahan dolar AS juga membantu mendukung harga minyak setelah jatuh ke level terendah 17 minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.
Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat komoditas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Risiko geopolitik yang meningkat juga mendukung harga minyak, menurut George Khoury, kepala pendidikan dan penelitian global di CFI. Dia menambahkan bahwa ketegangan di Timur Tengah dan Eropa bisa terus memicu risiko.
Sebuah kapal tanker minyak berbendera Liberia sedang menilai kerusakan dan menyelidiki kemungkinan tumpahan minyak setelah diserang oleh Houthi yang berafiliasi dengan Iran di Laut Merah, Yaman.
Sementara itu, China, importir minyak terbesar di dunia, mencatat pertumbuhan ekonomi 4,7% pada kuartal kedua, menurut data resmi awal pekan ini. Pertumbuhan ini adalah yang paling lambat sejak kuartal pertama 2023, yang membatasi kenaikan harga minyak mentah.
“Pengumuman apapun dari Plenum Ketiga di Beijing minggu ini kemungkinan akan membentuk sentimen pasar karena besarnya dan pentingnya pertumbuhan permintaan minyak China,” kata Svetlana Tretyakova, analis senior minyak di Rystad Energy.