STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia anjlok hampir 1% pada penutupan perdagangan hari Kamis (24/10/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (25/10/2024) WIB. memicu kekhawatiran di kalangan investor. Perlambatan ekonomi di Eropa dan ketidakpastian konflik di Timur Tengah menambah kecemasan di pasar. Ditambah lagi, pemilu AS yang semakin dekat membuat situasi pasar energi makin tak menentu.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November melemah 58 sen atau 0,82%, ditutup di US$70,19 per barel, di New York Mercantile Exchange. Padahal, di awal sesi perdagangan, harga minyak sempat naik lebih dari US$1 per barel.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember Brent turun 58 sen atau 0,77% menjadi US$74,38 per barel, di London ICE Futures Exchange.
“Pasar energi terus bergejolak karena risiko konflik di Timur Tengah yang berubah-ubah setiap hari,” ujar analis dari Ritterbusch and Associates.
Harga minyak Brent sempat naik 8% dalam sepekan sejak Iran menembakkan rudal ke Israel awal Oktober lalu. Kenaikan ini dipicu kekhawatiran bahwa Israel akan menyerang infrastruktur minyak Iran. Namun, harga kembali jatuh 8% setelah laporan menyebutkan bahwa Israel tidak akan menyerang fasilitas energi Iran, meredakan ketakutan akan gangguan pasokan.
Iran, sebagai produsen minyak utama dunia, memainkan peran penting di pasar energi global. Pada 2023, negara ini memproduksi sekitar 4 juta barel minyak per hari. Data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan ekspor minyak Iran diperkirakan akan naik menjadi 1,5 juta barel per hari pada 2024, dari 1,4 juta barel per hari pada 2023.
Pemilu AS yang akan digelar pada 5 November juga semakin menambah ketidakpastian. Kebijakan minyak dan Timur Tengah dapat berubah drastis tergantung hasil pemilu tersebut. Analis dari OANDA, Kelvin Wong, menjelaskan bahwa Donald Trump saat ini unggul dalam taruhan pasar. “Jika Trump menang dan menjalankan kebijakan agar AS menjadi pemasok minyak utama dunia, harga minyak bisa jatuh lebih dalam,” katanya.
Namun, jajak pendapat lainnya menunjukkan hasil pemilu masih sulit diprediksi. Selain itu, perlambatan ekonomi Eropa juga menekan permintaan minyak. Aktivitas bisnis di zona Euro kembali menurun, menunjukkan berkurangnya permintaan baik domestik maupun ekspor. Di Inggris, optimisme bisnis juga merosot di tengah kebijakan anggaran baru yang ditunggu-tunggu.
Di Amerika Serikat, klaim baru tunjangan pengangguran turun pekan lalu. Namun, jumlah orang yang menerima tunjangan pengangguran mencapai titik tertinggi dalam hampir tiga tahun pada pertengahan Oktober, menandakan pasar tenaga kerja yang semakin ketat.