STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 1% pada akhir perdagangan Rabu (10/9/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (11/9/2025) WIB. Kenaikan ini dipicu serangan Israel di Doha, penembakan drone oleh Polandia, dan dorongan Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi baru pada pembeli minyak Rusia.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik US$1,10 atau 1,66% menjadi US$67,49 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,04 atau 1,66% ke level US$63,67 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Sebelumnya, harga sempat melonjak hampir 2% setelah Israel menyebut telah menyerang pimpinan kelompok Hamas di Doha. Namun, penguatan itu perlahan tergerus dan hanya tersisa di atas 1%.
Situasi geopolitik makin panas setelah Polandia menembak jatuh drone di wilayah udaranya ketika Rusia menggempur Ukraina barat. Aksi ini menjadi pertama kalinya negara anggota NATO terlibat langsung dalam perang. Meski begitu, pasokan minyak dunia tidak terganggu secara langsung.
“Bayang-bayang surplus masih menggantung di pasar dengan Brent diperdagangkan dua dolar lebih rendah dari Selasa lalu. Risiko geopolitik di pasar minyak jarang bertahan lama kecuali terjadi gangguan pasokan nyata,” ujar analis SEB.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mendorong Uni Eropa untuk menjatuhkan tarif 100% terhadap China dan India, dua pembeli utama minyak Rusia. Langkah ini disebut sebagai strategi menekan Moskow agar mau berunding dengan Ukraina.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan blok Eropa sedang mempertimbangkan percepatan penghentian impor bahan bakar fosil dari Rusia. Namun, sumber internal menyebut kecil kemungkinan Uni Eropa memberlakukan tarif berat terhadap China atau India.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve pada pertemuan 16-17 September juga memberi harapan meningkatnya aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Meski begitu, prospek pasokan masih membebani pasar. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan persediaan minyak mentah naik 3,9 juta barel dalam sepekan hingga 5 September, jauh dari ekspektasi penurunan 1 juta barel. Stok bensin juga bertambah 1,5 juta barel, sementara distillate yang mencakup solar dan minyak pemanas melonjak 4,7 juta barel.
“Laporan ini sangat bearish. Tajuk utama adalah kenaikan stok minyak mentah, lalu di saat yang sama bensin juga turun cukup dalam. Sekarang kita menunggu seberapa besar permintaan bensin akan anjlok setelah musim liburan musim panas di AS,” kata John Kilduff, partner Again Capital.
Ia menambahkan, “Melihat data ekonomi terbaru yang menunjukkan perlambatan, terutama di pasar tenaga kerja, lemahnya permintaan bensin dan ekspor bisa menjadi indikator ekonomi AS dan global yang sedang melambat.”
EIA sebelumnya juga memperingatkan harga minyak global akan terus tertekan dalam beberapa bulan mendatang karena kenaikan stok dan meningkatnya produksi dari OPEC+.
