STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia anjlok 2% pada perdagangan Senin (27/1/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (28/1/2025) WIB. Penurunan ini dipicu oleh tekanan pasar saham Wall Street dan kemerosotan sektor teknologi. Hal ini terjadi setelah berita mengenai kemajuan pesat startup AI asal China, DeepSeek, mencuat ke permukaan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$1,49 atau 2%, menjadi US$73,17 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, turun US$1,42 atau 1,81%, mencapai US$77,08 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Tekanan terhadap harga minyak sudah terasa sejak awal sesi perdagangan. Data ekonomi China yang melemah dan kekhawatiran terhadap tarif yang diusulkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump semakin memperburuk kondisi pasar.
Trump baru-baru ini meminta OPEC untuk menurunkan harga minyak guna mendukung upaya mengakhiri perang Rusia di Ukraina. Namun, OPEC dan sekutunya di OPEC+ belum memberikan respons. Mereka berencana untuk mulai meningkatkan produksi minyak pada bulan April mendatang.
Menurut Bob Yawger, Direktur Energi Futures di Mizuho, tekanan Trump terhadap OPEC berisiko memicu ketidakpastian pasar. “Trump terus menekan OPEC untuk menurunkan harga, tapi ini justru membuat pelaku pasar cemas,” katanya.
Di sisi lain, ancaman tarif baru dari AS semakin memperburuk kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi. Meski ancaman sanksi terhadap Kolombia akhirnya dicabut, sentimen pasar tetap negatif.
Kolombia, yang mengirimkan 41% ekspor minyaknya ke AS tahun lalu, sempat menjadi sorotan setelah AS mengancam akan mengenakan tarif. Kesepakatan terbaru memungkinkan minyak Kolombia tetap mengalir ke AS, namun tekanan terhadap harga minyak masih terasa.
Di China, data manufaktur yang lebih lemah dari yang diperkirakan semakin menambah beban pasar. Laporan Citibank menunjukkan bahwa kondisi ini menyoroti perlunya kebijakan tambahan untuk menstabilkan ekonomi negara tersebut.
Startup DeepSeek dari China juga menjadi perhatian besar. Keberhasilannya mengalahkan ChatGPT sebagai aplikasi gratis terpopuler di App Store AS menimbulkan keraguan di kalangan investor. Banyak yang mulai mempertanyakan apakah dominasi perusahaan energi dan teknologi AS masih dapat bertahan di tengah persaingan global yang semakin ketat.