STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia melemah pada penutupan perdagangan Jumat (31/1/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (1/2/2025) WIB. Harga komoditas ini mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut. Investor masih menunggu kepastian tarif 25% yang akan diterapkan Amerika Serikat terhadap Kanada dan Meksiko mulai Sabtu.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melorot 20 sen atau 0,3% menjadi US$72,53 per barel, di New York Mercantile Exchange
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, tergelincir 11 sen mencapai US$76,76 per barel sebelum kontrak berakhir, di London ICE Futures Exchange. Sementara itu, kontrak bulan berikutnya berkurang 31 sen ke US$75,58 per barel.
Secara mingguan, Brent anjlok 2,1%, sedangkan WTI merosot 2,9%.
Sentimen tarif AS menjadi perhatian utama pasar. Presiden Donald Trump dikabarkan akan memberikan kesempatan bagi Kanada dan Meksiko untuk mengajukan pengecualian atas barang-barang tertentu. Namun, hingga kini belum ada kepastian apakah minyak akan masuk dalam daftar tarif tersebut.
Kanada dan Meksiko merupakan eksportir minyak terbesar ke AS. Jika minyak terkena tarif, harga bahan bakar bisa terdorong naik karena pasokan ke kilang AS bakal terganggu.
Analis dari Energy Aspects, Livia Gallarati, memperkirakan tarif ini bisa membuat kilang AS memangkas produksi secara besar-besaran. Meski begitu, ada kemungkinan minyak akhirnya dikecualikan dari kebijakan ini setelah negosiasi lebih lanjut.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, sudah bersiap untuk membalas jika AS benar-benar memberlakukan tarif ini. Ia memperingatkan rakyatnya bahwa situasi ekonomi bisa menjadi lebih sulit ke depan.
Selain isu tarif, pasar minyak juga menanti pertemuan OPEC+ pada Senin mendatang. Sejauh ini, aliansi produsen minyak tersebut tidak berencana mengubah kebijakan kenaikan produksi secara bertahap, meskipun Trump telah mendesak OPEC untuk menurunkan harga.
Di sisi lain, jumlah rig minyak AS meningkat tujuh unit menjadi 479 rig pekan ini. Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa produksi minyak AS masih kuat, meskipun harga cenderung melemah.