STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga. Hal ini terungkap dalam keterangan resmi OJK di Jakarta, Jumat (09/5/2025).
Disebutkan, pada Maret 2025, misalnya, kredit tumbuh 9,16% yoy (Februari 2025: 10,30%) menjadi Rp7.908,42 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,36%. Ini diikuti oleh kredit konsumsi 9,32%, sedangkan kredit modal kerja tumbuh 6,51% yoy.
Menurut OJK, ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, yaitu sebesar 9,54% yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 13,52%, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 1,95%, dengan kredit usaha kecil tumbuh tertinggi sebesar 8,65%, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM.
Kontribusi sektor perbankan terhadap perekonomian nasional tidak hanya tercermin dari penyaluran kredit kepada masyarakat dan pelaku usaha, tetapi juga melalui kepemilikan pada instrumen keuangan yang mendukung penguatan kebijakan fiskal dan moneter.
Per Maret 2025, perbankan mencatat kepemilikan sebesar 18% pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp1.121,88 triliun, serta 59,05% pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp526,17 triliun. Hal ini mencerminkan peran aktif perbankan dalam mendukung stabilitas makroekonomi dan memperkuat fondasi pembiayaan negara.
Di tengah perkembangan dinamika perekonomian global yang sangat cepat, pertumbuhan kredit masih dalam rentang target yang ditetapkan yaitu pada kisaran 9%-11%.
Berdasarkan pembahasan rencana bisnis dengan industri perbankan, secara umum tidak terdapat penyesuaian yang signifikan pada target pertumbuhan kredit di 2025. OJK akan terus berkoordinasi dengan industri perbankan, apabila terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan perlunya dilakukan penyesuaian.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 4,75% yoy (Februari 2025: 5,75% yoy) menjadi Rp9.010 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 4,01%, 7,74%, dan 4,75% yoy.
Adapun likuiditas industri perbankan pada Maret 2025 tetap memadai. Ini tergambar pada rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing 116,05% (Februari 2025: 116,76%) dan 26,22% (Februari 2025: 26,35%), masih di atas threshold masing-masing 50% dan 10%. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 204,77%.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,17% (Februari 2025: 2,22%) dan NPL net 0,80% (Februari 2025: 0,81%). Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,86% (Februari 2025: 9,77%).
Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun rasio NPL gross dan LaR menurun dibandingkan posisi Maret 2024 yang masing-masing sebesar 2,25% dan 13,94%. Rasio LaR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93% pada Desember 2019.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,43% (Februari 2025: 26,95%), menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.
Untuk porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat 0,29%, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Maret 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 32,18% yoy (Februari 2025: 36,60% yoy) menjadi Rp22,78 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,59 juta (Februari 2025: 23,66 juta).