Senin, November 3, 2025
33.4 C
Jakarta

OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi Minyak Awal 2026, Ini Alasannya!

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia menguat tipis pada penutupan perdagangan Jumat (31/10/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (1/11/2025) WIB. Kenaikan harga komoditas ini terjadi setelah OPEC+ memutuskan menahan kenaikan produksi mulai awal tahun depan untuk menghindari kelebihan pasokan di pasar global.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent ditutup naik tipis 7 sen atau 0,11% menjadi US$65,07 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mendaki 41 sen atau 0,68% menjadi US$60,98 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Sebelumnya, harga minyak sempat jatuh ke level terendah dalam lima bulan di kisaran US$60 per barel pada 20 Oktober karena kekhawatiran akan kelebihan pasokan. Namun harga kembali naik seiring sanksi terhadap Rusia dan meningkatnya optimisme atas pembicaraan perdagangan Amerika Serikat dengan mitra globalnya.

Dalam pertemuan pada Minggu, delapan anggota utama OPEC+ — Arab Saudi, Rusia, Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, Oman, Kazakhstan, dan Aljazair — sepakat menaikkan target produksi bulan Desember sebesar 137.000 barel per hari. Jumlah itu sama seperti peningkatan yang dilakukan pada Oktober dan November.

Namun, OPEC+ juga memutuskan untuk menghentikan sementara penambahan produksi selama Januari hingga Maret 2026. “Setelah Desember, karena faktor musiman, delapan negara juga memutuskan untuk menghentikan kenaikan produksi pada Januari, Februari, dan Maret 2026,” tulis kelompok produsen itu dalam pernyataannya.

Sejak April, OPEC+ telah menambah target produksi sekitar 2,9 juta barel per hari, atau sekitar 2,7% dari pasokan global. Namun, langkah tersebut mulai diperlambat sejak Oktober karena meningkatnya kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan minyak di pasar.

Tambahan sanksi baru dari Amerika Serikat dan Inggris terhadap produsen minyak utama Rusia, seperti Rosneft dan Lukoil, juga menambah tantangan bagi strategi produksi OPEC+.

“OPEC+ sedang ‘berkedip’ — tetapi ini langkah yang diperhitungkan,” kata Jorge Leon dari Rystad Energy. Ia menilai sanksi terhadap produsen Rusia menambah ketidakpastian baru pada proyeksi pasokan global, dan OPEC+ sadar produksi berlebihan bisa menjadi bumerang.

“Dengan menahan diri, OPEC+ melindungi harga, menunjukkan persatuan, dan membeli waktu untuk melihat bagaimana sanksi terhadap Rusia berdampak pada pasar,” tambah Leon.

Analis Energy Aspects, Amrita Sen, menjelaskan Januari hingga Maret biasanya menjadi periode terlemah untuk permintaan minyak. “Dengan menahan produksi, OPEC+ menunjukkan langkah proaktif dalam mengelola pasar,” ujarnya.

Sementara itu, Giovanni Staunovo dari UBS menilai harga minyak kemungkinan tidak akan banyak berubah pada awal pekan mendatang karena kenaikan produksi bulan Desember sudah diperkirakan pasar sebelumnya.

OPEC+ sebelumnya memangkas produksi selama beberapa tahun hingga Maret 2025, dengan total pemotongan mencapai 5,85 juta barel per hari. Kelompok ini berencana melanjutkan sebagian pemangkasan tersebut hingga akhir 2026.

Pertemuan lanjutan delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan pada 30 November mendatang, bersamaan dengan pertemuan penuh organisasi tersebut.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Harga Emas Dunia Turun 1%, Tapi Masih Cetak Kenaikan Tiga Bulan Beruntun!

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia tergelincir 1% pada penutupan...

Emas Menguat Tipis Usai Komentar Hati-Hati dari Bos The Fed

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali naik pada penutupan...

Harga Minyak Naik, Pasar Tenang Setelah Trump Bicara soal China

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia naik pada penutupan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru