STOCKWATCH.ID (SINGAPURA) – Bursa saham Asia-Pasifik berakhir dengan hasil yang beragam pada penutupan perdagangan hari Rabu (2/10/2024) waktu setempat. Ada kejutan besar dari Hong Kong yang melonjak tajam, sementara Jepang dan Korea Selatan justru mengalami penurunan. Apa penyebab di balik gejolak ini?
Mengutip CNBC International, di Hong Kong, indeks Hang Seng mencatatkan kenaikan spektakuler sebesar 6,2%. Indeks ini mencapai 21.133,68, level tertingginya dalam 22 bulan terakhir. Ini juga merupakan kenaikan selama enam hari berturut-turut yang didorong oleh optimisme terhadap kebijakan stimulus baru dari pemerintah China.
Saham pengembang properti menjadi penggerak utama lonjakan ini. Beberapa saham seperti China Vanke, Logan Group, dan Longfor Group meroket masing-masing 61%, 30%, dan 24%. Hal ini terjadi setelah sejumlah kota besar di China melonggarkan aturan properti guna meningkatkan kepercayaan pembeli rumah.
Perusahaan teknologi besar China juga ikut kecipratan dampak positif. Saham-saham seperti Meituan, Baidu, dan JD.com mengalami kenaikan lebih dari 9%.
Sementara itu, meskipun pasar China Daratan tengah libur Golden Week, sebelumnya bursa China mencatatkan kenaikan terbesar dalam 16 tahun. Ini terjadi setelah pemerintah China mengumumkan pemangkasan suku bunga dan pengurangan cadangan perbankan sebagai langkah stimulus.
Namun, tidak semua pihak optimis. James Sullivan, analis dari JPMorgan, menyatakan bahwa meskipun kebijakan stimulus dari China berdampak pada peningkatan penawaran dan investasi, belum jelas apakah langkah tersebut dapat mendorong peningkatan permintaan konsumen. “Kita harus tetap berhati-hati terhadap reli pasar ini,” ungkap Sullivan.
Sebaliknya, di Jepang, pasar saham mengalami tekanan. Indeks Nikkei 225 turun 2,18% menjadi 37.808,76, sementara Topix merosot 1,44% ke 2.651,96. Penurunan ini terjadi setelah Perdana Menteri baru Jepang, Shigeru Ishiba, mulai menjabat. Beberapa analis memprediksi bahwa Bank of Japan akan memiliki ruang lebih untuk menaikkan suku bunga di bawah pemerintahan baru ini.
Namun, Menteri Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, menekankan bahwa kebijakan suku bunga akan tetap dievaluasi secara hati-hati. “Prioritas kami adalah memastikan Jepang benar-benar keluar dari deflasi,” tegas Akazawa.
Di Korea Selatan, situasi juga tidak lebih baik. Indeks Kospi jatuh 1,22% ke 2.561,69, dan Kosdaq turun 0,23% ke 762,13. Data inflasi konsumen di negara ini menunjukkan kenaikan sebesar 1,6% pada September, lebih rendah dari yang diharapkan.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 sedikit tergelincir 0,13% ke 8.198,2.
Secara keseluruhan, pasar saham Asia hari ini memberikan gambaran yang bervariasi. Hong Kong terus melejit, sementara pasar di negara lain masih tertekan oleh berbagai faktor politik dan ekonomi. Dengan ketidakpastian global yang terus berlanjut, investor di Asia disarankan untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan terbaru.