Rabu, Agustus 6, 2025
30.3 C
Jakarta

Pefindo: Pasar Surat Utang Korporasi Rp26,4 Triliun pada Triwulan I 2024

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, total penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan pada Januari-Maret 2024 mencapai Rp26,4 triliun. Demikian data Pefindo mengenai Perkembangan Pasar Surat Utang Korporasi dirilis, Kamis (18/4/2024).

Pada triwulan I 2024, penerbitan obligasi korporasi dan sukuk tercatat sebesar Rp25,1 triliun, turun dibandingkan Rp27,5 triliun periode yang sama tahun sebelumnya.

Kemudian, penerbitan MTN di periode Januari-Maret 2024 menunjukkan peningkatan, yaitu mencapai Rp0,7 triliun dibandingkan Rp0,3 triliun periode yang sama tahun sebelumnya.

Penerbitan efek utang lainnya (perpetual dan SBK) menunjukkan tren peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp0 pada 2023 menjadi Rp545,2 miliar di tahun 2024).  Sementara untuk Sekuritisasi hingga Maret 2024 belum ada penerbitan. Pada 2023, Sekuritisasi mencapai Rp924,3 miliar.

Sementara itu, di penerbitan Suarat Utang Korporasi (Nasional), selama triwulan I 2024, Pefindo melakukan pemeringkatan pada 82,4% surat utang korporasi. Tujuan penggunaan dana sebagian besar adalah untuk modal kerja (56,5%) dan refinancing (31,2%).

Sementara itu, mandat diterima Pefindo per 31 Maret 2024 dan belum listing berdasarkan surat utang senilai total Rp53,171 triliun. Jumlah ini terdiri atas PUB Obligasi Rp21,671 triliun, Obligasi Rp19,125 triliun, PUB Sukuk Rp8,253 triliun, MTN dan Sukuk masing-masing Rp2,530 triliun dan Rp1,592 triliun.

Dari angka Rp53,171 triliun itu, mandat diterima Pefindo per 31 Maret 2024 berdasarkan institusi, yaitu Non BUMN dan BUMN dan anak perusahaan/BUMD masing-masing Rp30,224 triliun dan Rp22,947 triliun.

Menurut Pefindo, penerbitan surat utang korporasi pada 2024 ini memiliki prospek. Hal ini ditandai dengan masih terjaganya aktivitas sektor riil. Kondisi wait and see pelahan cenderung menurun pasca selesainya Pemilu Nasional 2024. Berikut, adaptasi strategi bagi korporasi untuk menghadapi kondisi suku bunga yang higher for longer.

Selain itu, terlihat semakin maraknya penerbitan dengan tenor pendek. Berikut, kebutuhan refinancing tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023. Ini tergambar dari jatuh tempo surat utang tahun 2024 yang mencapai Rp150,5 triliun dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp126,9 triliun.

Fasilitas pembiayaan dari perbankan cenderung memiliki tenor pendek, dengan bunga pinjaman yang relatif lebih mahal. Hal ini mendorong permintaan akan sumber pembiayaan alternatif, salah satunya melalui penerbitan surat utang. Adanya prospek penurunan suku bunga acuan pada semester II 2024. Hal ini meningkatkan ekspektasi akan biaya penerbitan yang lebih murah.

Meski begitu, penerbitan surat utang korporasi tahun ini memiliki tantangan, di antaranya, eskalasi risiko geopolitik yang bertahan tinggi. Hal ini meningkatkan ketidakpastian dan membuat yield bertahan tinggi. Kemudian, terdapat potensi pelemahan konsumsi dan meningkatnya cost of fund jika suku bunga bertahan tinggi lebih lama daripada perkiraan (jika suku bunga baru diturunkan pada akhir tahun).

Selain itu, premi risiko meningkat karena leverage naik akibat bunga lebih tinggi, meningkatkan spread yield obligasi korporasi. Tantangan berikut adalah potensi keluar arus modal akan mendorong penyerapan penerbitan lebih rendah.

Artikel Terkait

Turun 0,15% ke 7.503,750, Ini Saham-Saham Pemberat IHSG

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Bos BUAH Tambah 0,3% Saham Emiten Distributor Buah-Buahan dan Unggas Impor, Tujuannya Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Komisaris PT Segar Kumala Indonesia Tbk...

Divestasi Berlanjut, Pengendali Buang Lagi 0,51% Saham HILL di Harga Bawah

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Penjualan saham Hillcon Tbk (HILL) oleh pemegang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru