Rabu, Agustus 20, 2025
35 C
Jakarta

Wall Street Babak Belur Dihantam Perang Iran – Israel dan Lonjakan Yield Obligasi

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir babak belur pada penutupan perdagangan Senin (15/4/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (16/4/2024). Merosotnya Bursa saham Amerika Serikat (AS) itu, karena meningkatnya yield obligasi dan memanasnya konflik di Timur Tengah.

Mengutip CNBC International, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS ditutup anjlok 248,13 poin atau 0,65%, menjadi 37.735,11. Itu artinya, sudah enam hari secara beruntun DJIA mengalami kemerosotan. Hal senada terjadi dengan indeks S&P 500 (SPX) yang tergerus sedalam 61,59 poin atau 1,2% menjadi 5.061,82, meskipun sempat naik 0,88% sebelumnya. Setali tiga uang, indeks komposit Nasdaq (IXIC), juga terjun bebas 290,08 poin atau 1,79% menjadi 15.885,02 karena saham teknologi seperti Salesforce dan lainnya merosot.

Yield obligasi 10-tahun naik di atas level kunci 4,6% dalam sesi tersebut, mencapai titik tertinggi sejak pertengahan November.

Yield tersebut melonjak setelah data menunjukkan penjualan ritel meningkat 0,7% pada Maret, melampaui konsensus perkiraan 0,3% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Hal ini memberikan indikasi bahwa konsumsi tetap kuat meskipun tekanan inflasi.

Selain itu, Wall Street juga dihantui oleh konflik di Kawasan Timur Tengah yang kian memanas usai serangan drone dan roket Iran ke Israel pada Sabtu malam. Meskipun sebagian besar ancaman berhasil dicegah, kekhawatiran akan pembalasan tetap ada. Indeks Volatilitas CBOE, alat ukur ketakutan Wall Street, ditutup pada level tertinggi sejak Oktober.

“Semuanya benar-benar diperdagangkan berdasarkan potongan-potongan berita dan informasi yang keluar dari Timur Tengah saat ini,” kata Alex McGrath, kepala investasi di NorthEnd Private Wealth. “Ini semacam melempar lalat ketakutan ke dalam krim, jika boleh saya katakan.”

“Secara historis, gejolak geopolitik menyebabkan volatilitas jangka pendek, bukan penurunan pasar jangka panjang,” kata Emily Bowersock Hill, CEO Bowersock Capital Partners. “Namun, dalam lingkungan saat ini, risiko periode volatilitas yang berkepanjangan lebih tinggi, mengingat gejolak harga minyak yang dapat menimbulkan inflasi yang muncul dari ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.”

Salesforce memimpin penurunan DJIA seiring anjloknya harga saham Perusahaan tersebut lebih dari 7%. Ini dipicu oleh laporan yang menyatakan bahwa perusahaan perangkat lunak tersebut sedang dalam pembicaraan untuk mengakuisisi perusahaan manajemen data Informatica. Di sisi lain, anggota DJIA lainnya, Goldman Sachs, melonjak hampir 3% setelah melampaui ekspektasi Wall Street baik pada pendapatan maupun pendapatan dalam kuartal pertama.

Baik Dow maupun S&P 500 mencatat performa mingguan terburuk mereka sejak tahun lalu.

Artikel Terkait

Semester I 2025, Penumpang Internasional Tercatat 9,7 Juta Orang, Naik 9,11%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan jumlah...

Tarif AS Bikin Geger! Bursa Saham Eropa Langsung Merosot

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa melemah pada penutupan...

Bursa Eropa Kompak Melemah, Saham Pertahanan Justru Meledak 13%!

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa melemah pada penutupan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru