STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali naik pada penutupan perdagangan Selasa (11/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (12/2/2025) WIB Kekhawatiran terhadap pasokan dari Rusia dan Iran mendorong lonjakan harga, meskipun ancaman perang dagang dari Presiden AS, Donald Trump, masih membayangi pasar.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,37% atau naik 99 sen menjadi US$73,31 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, naik 1,46% atau bertambah US$1,11 mencapai US$76,98 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Kenaikan ini terjadi setelah minyak mencatat lonjakan hampir 2% di sesi sebelumnya. Sebelumnya, harga sempat melemah selama tiga pekan berturut-turut.
Pasokan minyak global terganggu setelah AS memperketat sanksi terhadap ekspor minyak Iran. Pengiriman minyak Rusia ke China dan India juga terhambat akibat sanksi Washington yang menyasar kapal tanker, produsen, dan perusahaan asuransi.
Investor makin waspada setelah Trump kembali menerapkan tekanan maksimum terhadap Iran. Sanksi baru dikenakan terhadap jaringan pengiriman minyak Iran ke China, membuat ketidakpastian pasokan semakin besar.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak tertahan oleh kebijakan tarif baru Trump. AS resmi menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25% tanpa pengecualian. Langkah ini bisa memicu perang dagang global yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.
Tarif ini berdampak pada jutaan ton impor baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, dan Korea Selatan. Kebijakan ini memicu kekhawatiran bahwa sektor industri yang menggunakan energi tinggi akan terpukul, sehingga permintaan minyak bisa melemah.
Morgan Stanley memperkirakan OPEC+ akan memperpanjang pembatasan produksi guna menjaga keseimbangan pasar pada semester kedua 2025. Jika benar terjadi, harga minyak bisa tetap tinggi.
Di sisi lain, kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi perhatian pasar. Bank sentral AS diperkirakan menunda pemangkasan suku bunga hingga kuartal depan. Keputusan ini bisa membatasi pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya menekan permintaan minyak.
Laporan stok minyak AS juga ditunggu pelaku pasar. Data dari American Petroleum Institute akan dirilis Selasa malam, disusul laporan resmi dari Energy Information Administration pada Rabu. Jika stok minyak mentah AS naik signifikan, harga bisa kembali tertekan.