STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali mengalami kejatuhan pada penutupan perdagangan hari Rabu (23/10/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (24/10/2024) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS anjlok 409,94 poin atau 0,96% menjadi42.514,95. Ini merupakan penurunan terburuk Dow sejak awal September. Indeks S&P 500 (SPX) juga ikut merosot 53,78 poin atau 0,92% menuju level 5.797,42. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) merosot lebih dalam mencapai 296,47 poin atau 1,6% menyentuh 18.276,65. Penurunan ini menandai tiga hari berturut-turut pelemahan pada ketiga indeks utama.
Lonjakan imbal hasil obligasi AS menjadi salah satu faktor utama yang menekan pasar. Imbal hasil Treasury 10 tahun melonjak ke 4,25%, level tertinggi sejak Juli. Kenaikan ini terus membebani pasar saham selama beberapa pekan terakhir.
Brent Schutte, Chief Investment Officer di Northwestern Mutual Wealth Management, menyatakan bahwa lonjakan suku bunga menjadi tekanan besar bagi pasar. “Pasar sedang merespons dampak dari suku bunga yang lebih tinggi,” kata Schutte. Ia juga menyebutkan bahwa pasar mungkin perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan penurunan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan.
Meski The Fed sudah mulai menurunkan suku bunga sejak September, kekhawatiran terhadap defisit fiskal masih tinggi. Hal ini bisa menjadi masalah lebih besar jika Donald Trump kembali memimpin.
Saham-saham teknologi besar ikut tertekan. Saham Apple dan Nvidia sama-sama turun lebih dari 2%, sementara Meta Platforms anjlok 3%. Saham Netflix dan Amazon juga turun sekitar 2%.
Tidak hanya sektor teknologi, saham blue-chip seperti McDonald’s juga mengalami kejatuhan tajam. Saham McDonald’s anjlok lebih dari 5% setelah CDC AS melaporkan wabah E. coli terkait burger Quarter Pounder. Wabah ini menyebabkan 10 orang dirawat di rumah sakit dan satu orang meninggal.