STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Wall Street kembali mengalami gejolak besar pada penutupan perdagangan Kamis (22/8/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (23/8/2024) WIB. Kekhawatiran pelaku pasar semakin meningkat menjelang pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang akan disampaikan di Simposium Ekonomi Jackson Hole.
Pada hari itu, indeks Nasdaq terjun bebas, turun 1%. Menurut laporan CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS, turun 177,71 poin atau 0,43% menjadi 40.712,78. Indeks S&P 500 juga merosot 50,21 poin atau 0,89% mencapai 5.570,64. Nasdaq mengalami pukulan terbesar, anjlok 290,63 poin atau 1,67% dan berakhir di 17.619,35. Saham-saham teknologi menjadi penyebab utama penurunan ini.
Penurunan indeks ini terjadi setelah Wall Street sempat menikmati periode positif. Sebelumnya, pasar saham menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah kekacauan yang terjadi pada awal Agustus. Di awal sesi, ketiga indeks utama bahkan sempat menguat, dengan S&P 500 mendekati rekor tertinggi intraday yang dicapai pada bulan Juli. Namun, optimisme tersebut memudar ketika pasar kembali berbalik arah.
Faktor utama yang menyebabkan tekanan pada pasar adalah kenaikan imbal hasil obligasi AS. Yield obligasi 10-tahun melonjak hampir 9 basis poin menjadi 3,863%, yang memicu kekhawatiran lebih lanjut di kalangan investor. Sektor teknologi di S&P 500 menjadi yang paling terpukul dengan penurunan lebih dari 2%, menunjukkan kelemahan yang signifikan dalam kelompok saham ini.
“Pasar bergerak lambat sepanjang pagi,” kata George Ball, Ketua Sanders Morris. “Hari ini, pasar diperdagangkan dengan tipis dan menunggu dengan cemas pidato Powell serta apa yang akan terjadi setelah Hari Buruh.”
Para pelaku pasar kini sangat menantikan pidato Jerome Powell yang dijadwalkan pada hari Jumat. Mereka berharap mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga. Berdasarkan alat FedWatch dari CME Group, sebagian besar investor yakin bahwa penurunan suku bunga bulan depan sangat mungkin terjadi. Namun, mereka masih terpecah mengenai besaran penurunan tersebut, apakah sebesar 0,25% atau 0,5%.
Nasdaq yang jeblok pada hari Kamis ini membuat indeks tersebut sedikit berada di bawah rata-rata mingguan. Meski begitu, Dow dan S&P 500 masih mencatat kenaikan mingguan masing-masing sebesar 0,1% dan 0,3%.
Di tengah kondisi pasar yang penuh gejolak ini, beberapa perusahaan juga mengalami penurunan saham yang signifikan. Saham Snowflake, perusahaan perangkat lunak, jatuh 14,7% karena kenaikan biaya yang menekan margin operasionalnya. Meski demikian, perusahaan ini berhasil melampaui ekspektasi kuartalan dan sedikit meningkatkan proyeksi pendapatan produk tahunannya. Di sisi lain, saham Urban Outfitters juga merosot 9,6% setelah pertumbuhan penjualan toko yang sama pada kuartal kedua mengecewakan.
Gejolak pasar ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan moneter dan faktor ekonomi lainnya, terutama menjelang pengumuman penting dari Ketua The Fed. Pelaku pasar akan terus memantau pergerakan ini dengan penuh kewaspadaan.