STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan hari Senin (4/11/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (5/11/2024) WIB. Kemerosotan Greenback ini terjadi menjelang pemilihan presiden yang sangat dinanti warga Amerika Serikat. Investor bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian yang bisa memengaruhi perekonomian global.
Mengutip CNBC International, dalam pemilihan kali ini, Kamala Harris dari Partai Demokrat bersaing ketat dengan Donald Trump dari Partai Republik. Pemungutan suara dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa. Namun, hasilnya mungkin baru akan jelas beberapa hari setelahnya.
Analis pasar memperkirakan kebijakan Trump terkait imigrasi, pemotongan pajak, dan tarif berpotensi meningkatkan inflasi dan mempengaruhi nilai dolar. Sebaliknya, Harris dianggap sebagai kandidat yang menawarkan kelanjutan kebijakan yang ada saat ini.
Frank Luntz, konsultan dan pengamat jajak pendapat dari Partai Republik, menyatakan, “Kami terlalu terpecah dan terpolarisasi untuk menyatakan kemenangan secara jelas.” Ia menambahkan, “Senat tampaknya akan beralih ke Partai Republik, tetapi presiden dan kursi di DPR terlalu dekat untuk dipastikan.”
Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang, melemah 0,4% menjadi 103,86. Dolar juga mengalami penurunan terhadap sejumlah mata uang Eropa dan Asia. Dolar kehilangan 0,76% terhadap euro, diperdagangkan di angka US$1,09, dan jatuh 0,7% terhadap yen Jepang menjadi 152,01.
“Besok akan menentukan arah perekonomian dunia dan geopolitik untuk empat tahun ke depan,” tulis para analis dari Deutsche Bank. Mereka memperingatkan bahwa ketidakpastian besar masih menyelimuti hasil pemilu, termasuk persaingan ketat di DPR.
Minggu ini, pasar juga menantikan keputusan kebijakan moneter global. Salah satu yang paling dinanti adalah keputusan suku bunga dari Federal Reserve, yang diharapkan akan melakukan pemotongan sebesar 25 basis poin.
Analisis dari ANZ mengungkapkan, “Berdasarkan data saat ini, kami tidak melihat alasan bagi FOMC untuk terburu-buru dalam pemotongan suku bunga.” Ketidakpastian pemilu dan jalur fiskal di masa depan memperkuat argumen untuk berhati-hati dalam penyesuaian kebijakan moneter.
Sebelumnya, indeks saham MSCI di kawasan Asia-Pasifik, di luar Jepang, naik 0,7% setelah jatuh ke level terendah dalam lima minggu pada hari Jumat lalu. Pertemuan Komite tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) China, yang berlangsung dari 4 hingga 8 November, juga menjadi perhatian investor.
Saham blue-chip China meningkat 1,4%, sementara Indeks Komposit Shanghai naik 1,2%. Menurut Reuters, dalam pertemuan NPC, China mempertimbangkan penerbitan lebih dari 10 triliun yuan (sekitar US$1,4 triliun) dalam utang tambahan untuk memulihkan perekonomiannya yang rapuh.
Di sisi lain, Bank of England diperkirakan akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin saat mengadakan pertemuan pada hari Kamis. Sterling menguat 0,5% menjadi US$1,298, didorong oleh melemahnya dolar.