STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Setelah babak belur terpukul kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) selama berhari-hari, akhirnya harga minyak mentah dunia rebound pada penutupan perdagangan Senin (20/3/2023) waktu setempat. Melesatnya harga komoditas tersebut setidaknya dapat memulihkan beberapa kerugian besar yang diderita para pelaku pasar pada pekan sebelumnya. Ketika itu, para pelaku pasar galau berat memikirkan dampak keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB). Ada kekhawatiran kejadian tersebut akan merembet ke sektor perbankan global. Bila itu terjadi, ini bisa memicu resesi sehingga akan melemahkan permintaan bahan bakar.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2023 ditutup menanjak 90 sen atau 1,35%, menjadi 67,64 dolar AS per barel menjelang berakhirnya kontrak di New York Mercantile Exchange. Kontrak berjangka Mei malah lebih aktif diperdagangkan sehingga mengalamai kenaikan 89 sen atau 1,3%, menjadi 67,82 dolar AS per barel.
Adapun harga harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei 2023, ditutup terdongkrak 82 sen atau 1,12%, menjadi 73,79 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak mentah dunia rebound karena Wall Street berhasil membukukan keuntungan. Semula, Brent dan WTI turun sekitar tiga dolar AS per barel ke level terendah sejak Desember 2021. Harga minyak WTI sempat tenggelam di bawah 65 dolar AS per barel. Sepanjang pekan lalu, kedua harga acuan itu turun lebih dari 10 % lantaran krisis perbankan semakin dalam.
Untuk diketahui, negara-negara yang tergabung dalam Kelompok G7 kemungkinan tidak akan merevisi batas harga 60 dolar AS per barel minyak Rusia minggu ini. Adapun pada pertengahan Maret G7 dijadwalkan merevisi batas harga yang diberlakukan pada Desember. Tetapi para pejabat mengatakan, duta besar negara-negara Uni Eropa telah diberitahu oleh Komisi Eropa bahwa tidak ada keinginan negara-negara G7 untuk melakukan peninjauan dalam waktu dekat.
Komite menteri OPEC dan sekutu produsen termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan mengadakan pertemuan pada 3 April. Kelompok tersebut sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar dua juta barel per hari hingga akhir 2023.