STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), memasuki usia ke-26 tahun pada 23 Desember 2023 lalu, terus melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan pasar modal Indonesia. Hal itu dikemukakan Samsul Hidayat, Direktur Utama KSEI.
Samsul, menjelaskan, pada tahun 2023, KSEI memiliki beberapa program strategis yang terkait dengan pengembangan infrastruktur. Dari beberapa program strategis yang telah dirumuskan, tiga di antaranya siap diimplementasikan mulai kuartal I tahun 2024.
“Program strategis tersebut merupakan upaya untuk pendalaman dan perluasan layanan pada era digital, melalui penguatan infrastruktur, inovasi dan pengawasan yang terintegrasi, untuk mewujudkan KSEI sebagai information hub dan financial hub,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (29/12).
Menurut Samsul, rencana strategis KSEI pertama yang akan diimplementasikan tahun depan adalah platform administrasi prinsip mengenal nasabah (know your customer/KYC). KSEI telah mengembangkan platform untuk layanan administrasi prinsip mengenali nasabah (LAPMN) yang diberi nama CORES.KSEI (centralized investor data management system).
Pengembangan platform LAPMN mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 15 Tahun 2023 Tentang Penyelenggaraan Layanan Administrasi Prinsip Mengenali Nasabah (LAPMN) yang diterbitkan 8 Agustus 2023. Dengan CORES.KSEI, pemakai jasa dan investor pasar modal dapat menggunakan platform terpusat untuk digitalisasi data dan dokumen KYC nasabah, sehingga dapat dilakukan sharing data KYC pada proses pembukaan rekening berikutnya agar lebih efisien dan tidak diperlukan proses berulang.
Selain itu, KSEI telah siap untuk merealisasikan pengembangan terkait alternatif penyimpanan dana nasabah pada Sub Rekening Efek (SRE) dan Investor Fund Unit Account (IFUA). SRE maupun IFUA merupakan rekening yang digunakan untuk proses transaksi di pasar modal, yaitu SRE untuk instrumen efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang, serta IFUA untuk instrumen reksa dana.
Pemanfaatan SRE dan IFUA sebagai alternatif penyimpanan dana nasabah pasar modal ini bertujuan untuk memudahkan investor khususnya individu, mulai dari pembukaan rekening investasi, saat melakukan transaksi hingga penyelesaian transaksi. SRE dan IFUA sebagai alternatif penyimpanan dana nasabah dapat menjadi pilihan bagi investor untuk menyimpan dana yang digunakan untuk transaksi pasar modal selain Rekening Dana Nasabah (RDN) yang saat ini diterapkan.
Dari sisi pertumbuhan investor, jumlah investor pasar modal pada tahun 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95% dari 10,31 juta pada tahun 2022 meningkat menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan surat berharga lainnya (5,25 juta), reksa dana (11,40 juta), surat berharga negara atau SBN (1 juta).
Sedangkan dari data demografi per 27 Desember 2023, investor pasar modal masih didominasi oleh 62,03% laki-laki, 56,41% usia di bawah 30 tahun, 31,77% pegawai (negeri, swasta dan guru), 64,19% lulusan SMA, 45,80% berpenghasilan 10-100 juta/bulan dan 67,68% berdomisili di pulau Jawa.
Samsul menambahkan, selain tiga rencana strategis yang siap implementasi tahun mendatang, KSEI memiliki beberapa rencana strategis lain yang meliputi perluasan Sistem Multi Investasi Terpadu (S-MULTIVEST) dan perluasan fitur eASY.KSEI. Perluasan S-MULTIVEST dilakukan agar dapat digunakan untuk industri asuransi dan dana pensiun.
Untuk memperluas fungsi eASY.KSEI, yang merupakan platform untuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) online, KSEI tengah menambahkan fitur baru untuk mendukung penyelenggaraan RUPS online jenis Efek lainnya, yaitu sebelumnya, KSEI telah meluncurkan EASY.
KSEI sejak tahun 2020 yang dapat digunakan untuk penatausahaan dan penyelenggaran RUPS online untuk Efepk Bersifat Utang, Efek Obligasi Syariah dan Unit Penyertaan. “Pengembangan tersebut merupakan program multi-years yang ditargetkan untuk terealisasi mulai tahun 2024,” tutup Samsul.