Dulu, aku punya dua bintang
Yang memimpin indahnya suatu galaksi kecil yang cemerlang
Bila kuingat semua kebahagiaan yg kudapat bersama kedua bintangku
Serasa aku telah memilki dunia
Tapi aku kehilangan bintangku yang paling berharga nan mulia
Tanpa memberikan sebuah melodi
Yang mampu menggantikan seungkit nada yang melukai rasa
Rasa cinta seakan tenggelam dilema gelombang samudra yang merajalela
Di malam hari kutatap bintang di angkasa
Namun, saat itu berubah
Serasa langit sepi tanpa bintang
Seperti hatiku yang sepi dan gelap gulita
Angin bertiup kencang di telinga
Sperti bisikan syair terindah dari orang terdekatku
Bagai bintang yang perlahan namun pasti menghilang
Beliau meninggalkan bintang bintang kecilnya untuk selamanya
Andaikan waktu bisa berputar
Aku ingin tetap bersama nya
Langkah kaki ku terasa berat
Menyusuri liku liku kehidupan ku
Aku menyusuri nya sendirian tanpa ayah di sampingku
Aku melangkah dgn gontai
Mengingat segala cita citaku belum terwujud bersama ayah
Dengan sifatnya yang lucu
Ayah selalu membuatku tertawa
Ayah…
Korbankan segalanya
Beribu kata telah beliau ucapkan
Ayahku mengajarku tentang bnyak hal
Mengajarkanku tentang arti sebuah kehidupan
Si hujan tak mampu menghalangi jalannya
Si sengat matahari pun tak mampu menghambatinya
Kehilangan Ayah seperti aku kehilangan dunia
Seperti aku kehilangan separuh daya
Seperti aku kehilangan separuh jiwa
Semoga Ayah turut membaca puisi ku
Semoga pesanku smpai pada Ayah
Tiada pria yang dapat menggantikan sesosok Ayah yang kusayang
Hanya Ayah yang terbaik dalam hidupku
Aku sangat takut
Takut kehilangan bintang lagi
Kumohon Ayah jagalah selalu bintangku itu
Aku tahu dia sangat mencintai dan menyayangi mu
LIDYA HONORATA LUNA
(MAHASISWA UNIKA SANTO PAULUS RUTENG MANGGARAI FLORES-NTT)