STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia ditutup stabil pada perdagangan Senin (3/11/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (4/11/2025) WIB. Logam mulia ini bertahan di kisaran US$4.000 per ons karena investor menanti rilis data ketenagakerjaan sektor swasta Amerika Serikat yang akan keluar pekan ini. Data tersebut diperkirakan bisa menjadi petunjuk arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve.
Mengutip CNBC International, harga emas di pasar spot tercatat naik tipis 0,01% ke posisi US$4.002,19 per ons. Kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember juga menguat 0,4% ke level US$4.014 per ons.
Analis Marex, Edward Meir, menilai pergerakan harga emas saat ini merupakan fase konsolidasi setelah kenaikan besar sebelumnya. “Emas sedang membentuk kisaran perdagangan, mungkin di kisaran tinggi 3.000-an hingga pertengahan 4.000-an. Ini adalah konsolidasi yang wajar setelah lonjakan besar,” ujarnya.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak 53%, namun masih turun lebih dari 8% dari rekor tertinggi yang dicapai pada 20 Oktober.
Pelaku pasar kini menanti data ketenagakerjaan swasta ADP yang akan dirilis Rabu (6/11) serta indeks manufaktur ISM untuk mencari petunjuk arah kebijakan The Fed. Sementara itu, penutupan sebagian lembaga pemerintah AS membuat sejumlah data ekonomi penting, termasuk dari Biro Statistik Tenaga Kerja, tertunda perilisannya.
Pekan lalu, The Fed kembali memangkas suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini. Namun Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan keputusan pemangkasan suku bunga tambahan belum tentu terjadi.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada Desember sekitar 65,3%, turun dari hampir 100% sebelum pertemuan The Fed pekan lalu.
Emas biasanya diuntungkan saat suku bunga rendah dan kondisi ekonomi tidak pasti, karena tidak memberikan imbal hasil bunga.
Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen, menyebut pelemahan harga emas belakangan ini bukan tanda penurunan jangka panjang. “Jeda harga emas ini masih terlihat seperti napas sejenak, bukan pelemahan. Faktor musiman, kebijakan sementara di China, dan penguatan dolar menjelaskan penurunan jangka pendek, tetapi tidak mengubah prospek jangka panjangnya,” jelasnya.
Sementara itu, China pada Sabtu (2/11) mengakhiri kebijakan pembebasan pajak bagi sebagian pengecer emas. Langkah ini diperkirakan dapat menahan lonjakan pembelian emas di pasar konsumen terbesar dunia tersebut.
