STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia ditutup stabil pada penutupan perdagangan Senin (3/11/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (4/11/2025) WIB. Ini seiring langkah OPEC+ yang berencana menghentikan kenaikan produksi di tengah kekhawatiran pasar akan potensi kelebihan pasokan dan lemahnya data manufaktur di Asia.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent ditutup naik tipis 0,19% menjadi US$64,89 per barel., di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,11% ke posisi US$61,05 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Minggu (3/11) untuk menambah produksi sebesar 137.000 barel per hari pada Desember. Namun, kelompok tersebut akan menghentikan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.
Meski naik tipis, harga minyak masih tertekan setelah anjlok lebih dari 2% sepanjang Oktober. Ini menjadi penurunan bulanan ketiga berturut-turut dan sempat menyentuh level terendah dalam lima bulan pada 20 Oktober.
Kepala Riset Komoditas ING, Warren Patterson, menilai keputusan OPEC+ mencerminkan kesadaran akan potensi surplus besar di pasar minyak awal tahun depan. “Jelas masih banyak ketidakpastian mengenai seberapa besar surplus itu, tergantung pada seberapa besar gangguan sanksi Amerika Serikat terhadap aliran minyak Rusia,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Strategi Komoditas RBC Capital, Helima Croft, menyebut Rusia masih menjadi faktor kunci dalam pasokan global setelah adanya sanksi Amerika Serikat terhadap produsen minyak Rusia seperti Rosneft dan Lukoil. Kondisi ini diperburuk dengan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia akibat perang di Ukraina.
Pada Minggu, serangan drone Ukraina menghantam pelabuhan minyak utama Rusia di Laut Hitam, Tuapse, yang menyebabkan kebakaran dan merusak sedikitnya satu kapal.
Survei Reuters menunjukkan sebagian besar analis masih mempertahankan proyeksi harga minyak mereka. Hal ini karena peningkatan pasokan OPEC+ dan lemahnya permintaan dinilai menyeimbangkan risiko geopolitik terhadap pasokan. Perkiraan surplus pasokan minyak global berkisar antara 190.000 hingga 3 juta barel per hari.
Dari Amerika Serikat, Administrasi Informasi Energi (EIA) melaporkan produksi minyak mentah negara itu naik ke rekor tertinggi 13,8 juta barel per hari pada Agustus.
Di sisi lain, tekanan terhadap sektor manufaktur Asia masih berlanjut hingga Oktober. Survei bisnis menunjukkan pelemahan ini terus berimbas pada permintaan minyak di kawasan yang merupakan konsumen terbesar energi di dunia.
