STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Kamis (13/3/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (14/3/2025) WIB, Peningkatan ini mendekati level psikologis US$3.000 per ons. Kenaikan tersebut didorong oleh ketidakpastian kebijakan tarif dan ekspektasi pelonggaran moneter oleh Federal Reserve Amerika Serikat.
Mengutip CNBC International, harga emas spot naik 1,6% menjadi US$2.977,36 per ons. Ini merupakan rekor tertinggi ke-12 sepanjang tahun 2025. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga menguat 1,4% ke level US$2.989.
Sejak awal tahun, harga emas sudah naik hampir 14% setelah mencatat kenaikan solid sebesar 27% pada 2024. Para analis memperkirakan tren bullish ini masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.
“Emas berada dalam tren bullish jangka panjang. Kami memperkirakan harga akan bergerak di kisaran US$3.000 hingga US$3.200 tahun ini,” kata Alex Ebkarian, Chief Operating Officer Allegiance Gold.
Salah satu faktor yang mendorong lonjakan harga emas adalah kebijakan perdagangan yang tidak menentu dari Presiden AS Donald Trump. Emas sering menjadi pilihan utama investor saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa resesi ekonomi bisa menjadi harga yang harus dibayar demi menjalankan kebijakan ekonomi Trump. Pernyataan ini semakin memperkuat minat investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
Pasar kini menanti pertemuan kebijakan moneter The Fed yang dijadwalkan pekan depan. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50%.
“Dampak dari ancaman tarif dan ketegangan perdagangan sulit diprediksi. The Fed harus terus mengandalkan data ekonomi untuk menentukan langkah berikutnya,” ujar John Ciampaglia, CEO Sprott Asset Management.
Sejak September lalu, The Fed sudah memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin, tetapi menghentikan siklus pemangkasan pada Januari. Para pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga akan kembali dilakukan pada Juni mendatang.
Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa indeks harga produsen tidak mengalami perubahan pada Februari. Sementara itu, indeks harga konsumen naik 0,2% bulan lalu setelah meningkat 0,5% pada Januari.
“Permintaan kuat dari ETF dan pembelian emas oleh bank sentral di tengah ketidakpastian geopolitik dan kebijakan tarif terus meningkatkan daya tarik emas,” kata Suki Cooper, analis Standard Chartered.
SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, melaporkan bahwa kepemilikannya naik menjadi 907,82 metrik ton pada 25 Februari. Ini adalah level tertinggi sejak Agustus 2023.
Di sisi lain, China melanjutkan pembelian emasnya untuk bulan keempat berturut-turut pada Februari, menurut data dari Bank Sentral China.
Sementara itu, harga perak juga ikut menguat. Spot silver naik 1,7% menjadi US$33,79 per ons.
“Jika mampu menembus level US$33,30, maka perak berpotensi melanjutkan kenaikan menuju US$34,” kata Lukman Otunuga, Senior Research Analyst FXTM.