Kamis, Maret 20, 2025
26.9 C
Jakarta

Dolar AS Menguat, Tapi Masih Tertekan Isu Tarif dan Perang Dagang

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap beberapa mata uang utama pada penutupan perdagangan Kamis (13/3/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (13/3/2025) WIB. Namun, mata uang ini masih menghadapi tekanan akibat perlambatan ekonomi global dan ketegangan perdagangan internasional.

Mengutip CNBC International, Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan memberlakukan tarif 200% terhadap anggur, cognac, dan alkohol impor dari Eropa. Ancaman ini membuka babak baru dalam perang dagang global yang telah mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran resesi.

Sehari sebelumnya, Trump juga mengancam akan membalas kebijakan Uni Eropa yang berencana mengenakan tarif balasan terhadap impor AS senilai US$28 miliar mulai bulan depan.

Di sisi lain, data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan harga produsen tidak berubah pada Februari. Namun, prospek tarif yang akan diberlakukan dalam waktu dekat dapat mendorong kenaikan harga ke depannya.

“Kita sudah melihat pelemahan besar pada dolar dalam beberapa hari dan pekan sebelumnya. Sekarang tampaknya kita memasuki fase konsolidasi,” kata Vassili Serebriakov, analis FX di UBS, New York. “Masih ada kemungkinan dolar menguat kembali karena kita masih dihantam oleh berita tarif, terutama dengan tenggat waktu tarif balasan di awal April.”

Dolar AS naik 0,35% terhadap franc Swiss menjadi 0,885. Euro turun 0,27% menjadi US$1,0856, tetapi masih dekat dengan level tertinggi lima bulan di US$1,0947 yang dicapai awal pekan ini.

Euro mendapat dukungan tambahan dari rencana kebijakan fiskal Jerman. Parlemen Jerman akan mengadakan sidang khusus untuk membahas dana infrastruktur senilai 500 miliar euro serta perubahan aturan pinjaman untuk memperkuat pertahanan ekonomi terbesar di Eropa tersebut.

“Kita memang akan melihat konsolidasi dan rebound dolar, tapi ini tergantung seberapa besar kebijakan tarif memengaruhi faktor-faktor pelemahan dolar, seperti pemulihan Eropa, belanja fiskal, dan data ekonomi AS yang lebih lemah,” tambah Serebriakov.

Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,28% menjadi 147,84 per dolar AS. Pergerakan ini tidak banyak terpengaruh oleh pernyataan Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, yang menegaskan kembali komitmen bank sentral untuk mengecilkan neraca keuangan mereka yang terlalu besar.

Pasar juga mencermati data inflasi AS yang dirilis sehari sebelumnya. Inflasi tercatat naik lebih rendah dari perkiraan pada Februari, tetapi dampaknya diperkirakan hanya sementara karena data ini belum sepenuhnya mencerminkan efek dari tarif yang akan diberlakukan oleh Trump.

Indeks dolar, yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap beberapa mata uang utama seperti yen dan euro, naik 0,12% menjadi 103,71. Indeks ini mencatat kenaikan dalam dua hari berturut-turut.

Sementara itu, dolar Kanada melemah 0,16% terhadap dolar AS menjadi C$1,44. Pelemahan ini terjadi sehari setelah Bank of Canada memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, dengan ketegangan perdagangan global membuat pasar tetap waspada.

Artikel Terkait

Dolar AS Pangkas Penguatan Usai Keputusan The Fed

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) - Dolar Amerika Serikat (AS) mengurangi penguatannya...

Pendapatan Tumbuh, Rugi Bukalapak Naik 13,97%. Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Bukalapak.Com Tbk (BUKA) mencatat pendapatan...

Turun 22,05%, Laba Distributor BBM (AKRA) Rp2,39 Triliun pada 2024, Ini Penyebabnya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini