Sabtu, Februari 8, 2025
28.2 C
Jakarta

Arkora Hydro Pasang Harga Penawaran Awal IPO di Kisaran Rp286-Rp310 Per Saham

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Manajemen PT Arkora Hydro Tbk (AKRO), calon emiten pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) berencana melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) sebanyak 579,900 juta saham baru pada 4-6 Juli 2022 di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama AKRO, Aldo Artoko mengatakan dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (21/6), jumlah saham perseroan yang ditawarkan itu mewakili 20% dari modal ditempatkan dan disetor AKRO setelah IPO saham. “Harga saham AKRO yang ditawarkan kepada publik berada di rentang Rp 286 sampai Rp 310 per saham,” katanya.

IPO ini didahului dengan penawaran awal (book building) pada 20-28 Juni 2022. “Dana segar yang berpotensi diraup AKRO antara Rp165,85 miliar sampai dengan Rp179,77 miliar,” katanya.

Menurut Aldo, AKRO akan menggunakan dana hasil IPO ini untuk dua keperluan. Pertama, sekitar 63% digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan, yaitu 54% di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29% di PT Arkora Energi Baru dan 17% di PT Arkora Tenaga Matahari. Kedua, sekitar 37% akan digunakan untuk pelunasan utang.

Saham AKRO akan dicatatkan di BEI pada 8 Juli 2022. Aldo berharap, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat menerbitkan pernyataan efektif untuk IPO pada 30 Juni 2022. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO AKRO, yakni PT Lotus Andalan Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Kedepannya, Aldo meyakini, bisnis EBT masih memiliki potensi besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya dan angin. Kehadiran hydro sudah kompetitif dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. “Pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10%,” katanya.

Mengutip data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Aldo mengemukakan, kapasitas energi yang digunakan setiap tahun dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Sebagian komponen utamanya atau lebih dari 60% berasal dari PLTA.

Total kapasitas terpasang pembangkit berbasis energi terbarukan pada periode 2015-2020 mengalami peningkatan sebesar 22,93%.

Masih berdasarkan data Kementerian ESDM, demikian Aldo, potensi elektrifikasi pembangkit listrik tenaga surya atap di Indonesia mencapai 32,5 GW, dimana hingga Juli 2021 total kapasitas terpasang baru mencapai 35,56 MW. Artinya, baru mencapai 0,1% dari total kapasitas yang diproyeksikan.

Bermodalkan pengalaman di bidang EBT, Arkora Hydro berencana mencari peluang akusisi. Tidak cuma itu. Perseroan juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25MW.

Proyek berkapasitas besar ini termasuk Cikopo (Jawa Barat) dan Tomasa (Sulawesi Tengah). Arkora Hydro telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya US$1,65 juta/MW.  “Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro,” katanya.

Selain itu, pengerjaan proyek Tomasa menelan biaya investasi US$1,75 juta/MW. Biaya investasi ini di bawah rata-rata industri sebesar US$2,2 – 2,5 juta/MW. Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2×5) MW. “Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada bulan Maret 2020,” katanya.

Adapun proyek Yeantu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yeantu dengan kapasitas 10 (2×5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak prusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50%. Proyek ini ditargtkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023.

Perusahaan yang memiliki 14 anak usaha dan enam anak usaha tidak langsung ini juga sedang melakukan konstruksi PLTA WKS-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada triwulan IV2024. Dalam jangka waktu empat tahun ke depan, perusahaan di bidang EBT ini berencana memiliki sekitar 125 MW dari hydropower yang beroperasi.

Artikel Terkait

Saham BRIS Naik 10,62% Sejak Awal 2025, Tembus Rekor All-Time High SepanjangTahun Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk...

Investor Asing Tekan Tombol Sell Saham BMRI, BBCA, GOTO hingga HEAL dalam Sepekan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama...

IHSG Tinggalkan Level 7.000, Ini 10 Saham Top Gainers dan Top Losers dalam Sepekan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini