STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — PT Arkora Hydro Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Jumat (8/7/2022). Perusahaan yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik melalui sumber energi baru dan terbarukan yang berasal dari aliran air (Pembangkit Listrik Tenaga Air) ini memakai kode saham ARKO dalam perdagangan sahamnya.
Dalam penawaran umum perdana saham atau Intitial Public Offering (IPO), AKRO melepas sejumlah 579.900.000 saham kepada publik. Besaran saham yang ditawarkan tersebut setara dengan 20,79% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Direktur Utama ARKO, Aldo Artoko mengatakan dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (8/7), selama masa penawaran umum 4-6 Juli 2022, ARKO mendapatkan minat positif dari para investor.
“Seluruh saham yang ditawarkan dapat terserap dengan baik, bahkan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 10,89 kali dari nilai penjatahan terpusat, sehingga ARKO melakukan penerbitan saham baru tambahan dari portepel sebanyak 28.995.000 saham, di atas 579.900.000 saham IPO pada awalnya” katanya.
Menurut Aldo, hasil tersebut menunjukkan antusias investor yang luar biasa. “Karenanya, kami bersama dengan underwriter kemudian mematok harga IPO sebesar Rp300 per saham. Dalam hajatan IPO ini, ARKO berhasil menerbitkan sebanyak 608.895.000 saham, atau dana segar sejumlah Rp182,67 miliar,” ungkap Aldo.
ARKO menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas (terafiliasi) dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (underwrited). Adapun ARKO telah mendpatkan izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 30 Juni 2022.
Aldo mengemukakan, IPO ini merupakan langkah corporate action yang dilakukan untuk mendukung sumber pendanaan dalam mengembangkan usaha. Dengan begitu, harapannya target yang telah ditetapkan oleh AKRO dapat terealisasi dengan baik.
Selain itu, menurut Aldo, tujuan Perseroan melakukan IPO juga untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Perseroan agar memiliki Good Corporate Governance (GCG) yang baik.
“Kami akan menggunakan dana hasil IPO ini untuk dua keperluan. Pertama, sebesar 63% untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan guna pengembangan proyek-proyek EBT kedepannya, yaitu 54% di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29% di PT Arkora Energi Baru, dan 17% di PT Arkora Tenaga Matahari. Kedua, sisanya sekitar 37% akan kami gunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek,” katanya.
Aldo meyakini, bisnis EBT masih memiliki potensi besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya dan angin. Kehadiran hydro sudah kompetitif dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10%.
Aldo mengemukakan, bermodalkan pengalaman di bidang EBT, ARKO berencana mencari peluang akusisi. “Kami juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW,” katanya.
ARKO telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya US$1,65 juta/MW. “Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO,” ungkap Aldo.
Tidak cuma itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa. Pengerjaan proyek Tomasa menelan biaya investasi US$1,75 juta/MW. Biaya investasi ini di bawah rata-rata industri sebesar US$2,2 – 2,5 juta/MW.
Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2×5) MW. “Proyek ini milik ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada bulan Maret 2020 lalu,” katanya.
Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2×5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik ARKO. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50%. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023.
Aldo menambahkan, ARKO juga sedang melakukan konstruksi PLTA WKS-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada triwulan IV 2024. “Dalam jangka waktu empat tahun ke depan, ARKO akan memiliki sekitar 125 MW dari hydropower yang beroperasi,” tutup Aldo.