STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat sejumlah utang Obligasi dan Sukuk Mudharabah emiten BUMN karya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Pefindo merevisi outlook dari stabil menjadi negatif untuk utang WIKA.
Berdasarkan ikhtisar peringkat, Pefindo menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan (SR) I, II, III, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II, III dari idA menjadi idBBB.
Mahendra Vijaya, Sekretaris Perusahaan WIKA mengemukakan, Pefindo memberikan peringkat idBBB dengan kategori Negative Outlook dari sebelumnya idA dengan kategori Stable Outlook.
“Sesuai dengan rilis yang dikeluarkan oleh Pefindo, salah satu hal yang menjadi penyebab turunnya peringkat adalah struktur permodalan yang sangat agresif dan likuiditas yang lemah untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek yang akan jatuh tempo,” katanya dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/6).
Selain itu, peringkat idBBB juga mencerminkan posisi pasar WIKA yang kuat pada industri konstruksi nasional dan sumber pendapatan yang terdiversifikasi. Hal ini menjadi salah satu kekuatan Perseroan dalam posisi penyehatan keuangan.
Pada rilisnya, demikian Mahendra, Pefindo juga menyampaikan, peringkat dapat direvisi naik menjadi outlook stabil jika Perseroan secara signifikan dapat meningkatkan kinerja bisnis dan indikator keuangan. Outlook stabil juga dapat diberikan jika WIKA dapat menghasilkan arus kas yang lebih kuat secara berkelanjutan.
Terkait kewajiban Perseroan kepada para pemegang surat utang, hingga saat ini Perseroan masih mampu memenuhi kewajibannya. “Perseroan telah membayar kewajiban kupon untuk Obligasi dan Sukuk Mudharabah II tahap II Tahun 2022 pada 16 Mei 2023 sebesar Rp46,5 miliar,” katanya.
Menurut data StockWatch, Selasa (6/6) hingga pukul 10.55 WIB, harga saham WIKA di Pasar Reguler naik 15,23% menjadi Rp454, dari sehari sebelumnya Rp394 per saham. Hingga waktu tersebut, frenkeuansi transaksi mencapai 7.077 kali dengan total volume 74,306 juta saham senilai Rp32,70 miliar.