STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia jatuh tergelincir pada penutupan perdagangan Selasa (2/7/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (3/7/2024) WIB. Harga minyak mentah AS, yang sebelumnya mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir, turun karena kekhawatiran akan risiko konflik antara Israel dan Hezbollah serta potensi ancaman Badai Beryl terhadap kilang di Gulf Coast.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 57 sen atau 0,68% menjadi US$82,81 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September 2024, anjlok 36 sen atau 0,42% mencapai US$86,24 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Dalam beberapa hari terakhir, harga minyak terus meningkat. Menurut asosiasi pengendara AAA, harga rata-rata bensin mencapai US$3,50 per galon menjelang liburan Fourth of July. Harga bensin naik sekitar 3 sen dibandingkan minggu lalu, meski masih lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sempat mencapai US$84,38 per barel, tertinggi sejak 26 April, namun akhirnya ditutup lebih rendah pada US$82,81 per barel. Sementara itu, minyak Brent sempat mencapai US$87,46 per barel, tertinggi sejak 30 April, sebelum akhirnya juga turun.
Menurut Patrick De Haan, kepala analisis minyak bumi di GasBuddy, harga bensin diperkirakan akan terus naik hingga liburan Fourth of July dan bisa mencapai US$3,69 per galon dalam beberapa minggu mendatang jika tren kenaikan harga minyak berlanjut.
Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, memperkirakan harga bensin nasional akan naik 5 hingga 10 sen per galon dalam 7 hari ke depan.
Harga minyak naik 6% bulan lalu setelah sempat melemah di bulan Mei karena risiko geopolitik kembali muncul. Sebanyak 18 tentara Israel terluka dalam serangan drone yang dilancarkan oleh milisi Hezbollah yang didukung Iran. Israel dan Hezbollah telah saling serang di perbatasan Lebanon selama beberapa bulan, namun ketegangan meningkat dalam beberapa minggu terakhir karena kedua belah pihak mengancam perang. Invasi Israel ke Lebanon untuk mengusir Hezbollah bisa memicu konfrontasi dengan anggota OPEC, Iran, menurut para analis.
Investor juga khawatir bahwa musim badai yang lebih awal dan aktif dapat mengganggu kilang dan produksi minyak di Gulf Coast AS. Badai Beryl telah meningkat menjadi badai kategori 5 setelah mendarat di Pulau Carriacou, Grenada.
Lipow menambahkan, “Meskipun Badai Beryl saat ini tidak langsung mengancam produksi minyak mentah AS atau kilang di Gulf Coast, Pusat Badai Nasional kini menunjukkan kemungkinan belokan ke utara pada hari Minggu yang dapat mempengaruhi kilang di Corpus Christi.”
Ada lima kilang di wilayah Corpus Christi dengan kapasitas 942.000 barel per hari, yang merupakan 4,8% dari total kapasitas penyulingan AS. Dengan kilang di Gulf Coast yang beroperasi pada 90% hingga 95% kapasitas, tidak ada kelonggaran dalam sistem untuk menutupi produksi yang hilang jika sejumlah besar kilang ditutup, tambah Lipow.
“Kekurangan pasokan sebagian diatasi dengan menarik persediaan di sistem distribusi,” katanya. “Ini mengakibatkan penipisan terminal bensin dan pada akhirnya konsumen akan melihat tanda ‘kehabisan bensin’ di pompa.”