STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi menghadapi banyak tantangan pada semester dua tahun ini. Hal itu diungkapkan oleh Wilianto Ie, Presiden Direktur Maybank Sekuritas, di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Menurut Wilianto, pasar saham akan fokus pada peralihan jabatan dari Presiden Jokowi ke Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Adapun pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2024.
Wilianto mengatakan, investor menunggu kepastian program dan janji kampanye pemerintahan baru. “Nanti kita akan melihat seberapa serius janji-janji kampanye tersebut dijalankan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, penting untuk mengetahui apakah menteri-menteri yang dipilih untuk posisi ekonomi dan keuangan akan dianggap “market friendly” atau tidak. “Yang pro growth atau tidak, itu sebenarnya yang paling penting,” tambah Wilianto.
Isu perlambatan ekonomi dunia juga menjadi perhatian. Meskipun data terakhir dari Amerika Serikat menunjukkan inflasi menurun, situasi ekonomi global belum pasti. “Jadi sebenarnya kelihatannya ini mudah-mudahan bisa lebih positif,” harap Wilianto.
Pergantian presiden di Amerika Serikat pada bulan November juga bisa mempengaruhi pasar secara keseluruhan. “Hasil pemilu ini nanti kita lihat mungkin akan mempengaruhi market seluruhnya,” jelasnya.
Wilianto berharap nilai transaksi di semester kedua akan lebih baik daripada semester pertama. “Tapi ada kemungkinan volatilitas dari harga saham itu bisa cukup tinggi,” tambahnya.
Ia memproyeksikan IHSG bisa menembus 8.000 pada akhir tahun. “Jadi kita sebenarnya cukup positif,” ujarnya. Penurunan suku bunga dunia pada paruh kedua tahun ini juga bisa membuat pasar modal membaik.
Namun, faktor eksternal dan internal harus tetap diperhatikan. “Pertumbuhan ekonomi dunia dan perubahan kepemimpinan juga di Amerika Serikat bisa mempengaruhi skenario ini,” katanya.
Untuk rekomendasi saham pada semester kedua tahun ini, Wilianto menyarankan saham-saham konsumer seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan sektor properti. “Dengan adanya tren penurunan suku bunga, saham-saham ini kemungkinan akan membaik,” ujarnya. Saham-saham perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga dinilai menarik karena pertumbuhan kredit dan kualitas aset mereka yang tetap bagus.
Program pemerintah seperti Makan Siang Gratis juga bisa mempengaruhi pasar saham. Saham-saham bahan makanan atau susu bisa menjadi andalan. “Permintaan akan susu pasti akan naik jika program ini berjalan,” jelas Wilianto. Namun, detail program ini masih belum jelas, termasuk sumber dana dan suplainya.