STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia stabil pada penutupan perdagangan Rabu (19/3/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (20/3/2025) WIB. Federal Reserve (The Fed) memutuskan mempertahankan suku bunga, tetapi memperingatkan bahwa ketidakpastian ekonomi semakin meningkat.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent naik 22 sen atau 0,31% menjadi US$70,78 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,39% mencapai US$67,16 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Meski mencatat kenaikan harian, harga minyak sedikit melemah setelah keputusan The Fed. Pelaku pasar khawatir kebijakan tarif Presiden Donald Trump dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik 1,7 juta barel menjadi 437 juta barel pekan lalu. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan analis yang memperkirakan kenaikan 512.000 barel.
Namun, persediaan bahan bakar distilat, termasuk solar dan minyak pemanas, turun 2,8 juta barel menjadi 114,8 juta barel. Penurunan ini jauh lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penyusutan 300.000 barel.
“Data EIA menunjukkan penurunan bersih termasuk produk minyak olahan, yang secara bertahap bisa berdampak positif,” kata Josh Young, Chief Investment Officer di Bison Interests.
Sebelumnya, harga minyak turun sekitar 1% setelah Rusia menyetujui usulan Trump agar Moskow dan Kyiv menghentikan sementara serangan terhadap infrastruktur energi satu sama lain. Langkah ini meningkatkan harapan perdamaian dan berpotensi membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global.
Meski demikian, prospek gencatan senjata masih belum pasti. Rusia dan Ukraina saling menuduh telah melanggar kesepakatan hanya beberapa jam setelah perjanjian diumumkan oleh Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Analis Panmure Liberum, Ashley Kelty, menilai dampak langsung terhadap pasar masih terbatas. “Bahkan jika kesepakatan tercapai, butuh waktu sebelum ekspor energi Rusia meningkat secara signifikan,” ujarnya.
Rusia merupakan salah satu pemasok minyak terbesar dunia, tetapi produksinya menurun sejak perang dimulai akibat sanksi terhadap energi negara itu.
Sementara itu, tarif impor AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China menambah kekhawatiran resesi. Dampak ini berpotensi menekan harga minyak karena perlambatan ekonomi biasanya mengurangi permintaan energi.
Di tengah ketidakpastian global, analis Goldman Sachs menilai pasar masih cenderung fokus pada risiko penurunan harga, meski ketegangan di Timur Tengah terus meningkat.
Militer Israel kembali melakukan operasi darat di Gaza Tengah dan Selatan setelah serangan udara yang menewaskan lebih dari 400 warga Palestina. Serangan ini memicu berakhirnya gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari.
Sementara itu, Trump berjanji akan terus menekan kelompok Houthi di Yaman dan memperingatkan Iran agar tidak terlibat dalam serangan yang mengganggu jalur perdagangan di Laut Merah.