STOCKWATCH.ID – Wall Street mengalami tekanan hebat pada penutupan perdagangan Rabu (18/9/2024) waktu setempat, atau Kamis pagi (19/9/2024) WIB, meskipun Federal Reserve (The Fed) telah memangkas suku bunga secara drastis. Setelah sempat menguat tajam, pasar saham AS justru berbalik arah dan ditutup melemah.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS anjlok 103,08 poin atau 0,25%, berakhir di angka 41.503,10. Padahal, sebelumnya Dow sempat melonjak hingga 375 poin sesaat setelah pengumuman pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun, euforia itu tak bertahan lama.
Indeks S&P 500 (SPX) juga melemah 16,32 poin atau 0,29% menjadi 5.618,26. Sedangkan indeks Nasdaq (IXIC) turun 54,76 poin atau 0,31%, berakhir di 17.573,30. Kedua indeks ini bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sebelum akhirnya tertekan di akhir sesi perdagangan.
The Fed mengambil langkah agresif dengan memangkas suku bunga pinjaman antar bank menjadi 4,75%-5,00% dari sebelumnya 5,25%-5,50%. Ini adalah pemotongan pertama dalam empat tahun terakhir. Langkah ini dianggap sebagai upaya The Fed untuk menghadapi ancaman perlambatan ekonomi, seiring dengan meredanya inflasi.
Dalam pernyataan resminya, The Fed mengungkapkan bahwa inflasi diperkirakan akan bergerak menuju target 2%. Selain itu, bank sentral AS tersebut merasa bahwa risiko terhadap inflasi dan pencapaian target lapangan kerja kini lebih seimbang.
Meskipun pelaku pasar menyambut baik keputusan tersebut, mereka berharap The Fed akan lebih agresif dengan memangkas suku bunga hingga 0,50%. Namun, harapan itu terwujud hanya sebagian, karena meskipun suku bunga dipotong, pasar saham tetap melemah setelah sempat reli tajam.
Philip Straehl, Chief Investment Officer di Morningstar Wealth, menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 0,50% menandakan bahwa The Fed melihat tren penurunan inflasi sudah cukup kuat. Namun, ada kekhawatiran bahwa jika suku bunga tetap tinggi terlalu lama, tekanan ekonomi yang tak diinginkan bisa muncul.
Ketua The Fed, Jerome Powell, berusaha menenangkan pasar dalam konferensi pers pasca-rapat. “Saya tidak melihat ada hal dalam ekonomi saat ini yang menunjukkan bahwa kemungkinan resesi sedang meningkat,” ujar Powell.
Meski begitu, saham-saham tetap tertekan, terutama karena reli besar-besaran yang terjadi sebelum pengumuman. Indeks S&P 500 telah menguat hampir 18% sepanjang tahun ini, dan mengalami kenaikan lebih dari 1% dalam satu bulan terakhir.