Sabtu, Maret 22, 2025
28.6 C
Jakarta

8 Emiten Taipan Hermanto Tanoko di BEI, Intip Kinerja Fundamental dan Sahamnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pengusaha dan taipan Hermanto Tanoko rajin membawa perusahaannya untuk mencatatkan saham perdana di BEI. Terbaru, Hermanto Tanoko mengantarkan PT Superior Prima Sukses Tbk (BLES), satu perusahaan miliknya di bidang industri bata ringan dan semen mortar debut di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (08/7/2024).

Termasuk BLES, taipan asal Surabaya itu tercatat sudah membawa delapan perusahaan melantai di Bursa. Dalam rangka IPO, BLES menawarkan 1,313 miliar saham dengan nilai nominal Rp50 per saham. Dengan harga penawaran Rp183 per lembar, BELS meraih dana segar Rp240,429 miliar.

Harga saham BLES dibuka naik Rp63 (34,43%) ke posisi Rp246 per saham dari harga IPO sebesar Rp183 per saham. Hingga penutupan perdagangan, Senin (08/7/2024), saham BLES melonjak 34,43% ke posisi Rp246 per saham.

Memasuki hari kedua perdagangan, Selasa (09/7/2024), harga saham BLES terus melesat. Saham BLES dibuka di harga Rp298 per unit, dan bergerak di rentang harga Rp276-306 per saham. Hingga akhir perdagangan Selasa (09/7/2024), harga saham BLES ditutup di level Rp306 per saham, naik Rp60 (24,39%), dari harga penutupan Senin (08/7/2024) di level Rp246 per saham.

Akan tetapi pada perdagangan Rabu (10/7/2024), saham BLES ditutup melemah Rp32 (10,46%) ke harga Rp274 per saham.

Catatan, BLES membukukan penjualan bersih sebesar Rp1,36 triliun pada 2023. Hasil ini naik 22,2% dari Rp1,11 triliun pada tahun 2022. Dari penjualan tersebut, BLES mencatat laba Rp150,95 miliar pada 2023. Angka ini melesat 128,4% dibandingkan laba BLES sebesar Rp66,08 miliar pada 2022.

Total aset BLES per 31 Desember 2023 sebesar Rp1,52 triliun, meningkat 49,27% dari Rp1,02 triliun per Desember 2022. Jumlah liabilitas dan ekuitas Perseroan per Desember 2023, masing-masing Rp776,37 miliar dan Rp752,36 miliar.

Sebelum BLES, Hermanto Tanoko mengantarkan PT Penta Valent Tbk (PEVE) mencatatkan saham di BEI pada Selasa (24/1/2023). Dalam rangka IPO, PEVE menawarkan 353,12 juta saham dengan nilai nominal Rp20 per saham. Dengan harga penawaran Rp149 per lembar, PEVE meraih dana segar Rp53,61 miliar.

Dana dari IPO diserap untuk mendukung kegiatan operasional dan pengembangan bisnis PEVE. Antara lain untuk biaya operasional seperti biaya angkut, biaya kantor, biaya penjualan, biaya sewa, pembelian barang dagangan dan pelunasan utang usaha kepada pemasok.

PEVE merupakan distributor produk-produk farmasi dan barang-barang konsumsi seperti kosmetik, personal care, toiletries dan household di Indonesia melalui 34 cabang dengan jangkauan nasional.

Saat pembukaan perdagangan, harga saham PEVE dibuka naik Rp51 (34,23%) ke posisi Rp200 per saham dari harga IPO Rp149 per lembar. Pada penutupan perdagangan, Selasa (24/1/2023), saham PEVE tercatat naik 34,23% ke posisi Rp200 per saham. Saat itu, harga saham PEVE berada di level tertinggi Rp200 dan terendah Rp190 per saham, jauh di atas harga IPO.

Sejak 24 Januari 2023 hingga 12 Juli 2024, harga saham PEVE terus mengalami penguatan, yaitu sebesar 15%, dari Rp200 menjadi Rp230 per saham atau melonjak 54,36% dari harga IPO. Selama periode tersebut, harga saham PEVE sempat ditutup di harga tertinggi Rp286 per saham pada 14 Juni 2024, dan terendah di harga Rp147 per saham pada 01 September 2023, atau turun Rp2 (1,34%) dari harga IPO.

Catatan, sepanjang triwulan I 2024, penjualan bersih PEVE tercatat Rp714,49 miliar. Angka ini naik 31,89% dibandingkan penjualan bersih PEVE di periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp541,74 miliar. Dari penjualan bersih tersebut, PEVE berhasil membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp10,63 miliar (Rp6,02 per saham). Hasil ini melejit 76,87%, dari laba tahun berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp6,01 miliar (Rp3,59 per saham) pada triwulan I 2023.

Sebelumnya, Hermanto Tanoko mengantarkan dua perusahaan IPO pada 2021. Dua perusahaan itu adalah PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dan PT Avia Avian Tbk (AVIA). Saham PT Avia Avian Tbk (AVIA) dicatatkan di BEI pada 08 Desember 2021.

Dalam rangka IPO, saat itu AVIA menawarkan 6,2 miliar saham dengan nilai nominal Rp10 per saham. Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp930 per saham, sehingga dana yang diperoleh dari IPO mencapai Rp5,77 triliun.

Terbaru, pendapatan dan laba AVIA kompak naik pada triwulan I 2024. Pendapatan neto AVIA naik 6,96% menjadi Rp1,90 triliun di triwulan I 2024. Pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan neto AVIA tercatat sebesar Rp1,78 triliun.

Per akhir Maret 2024, AVIA berhasil meraup laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp446,24 miliar. Angka ini menanjak 7,07% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp416,75 miliar.

Akan tetapi, menurut catatan STOCKWATCH.ID, saham AVIA mengalami penurunan sebesar 41,71%, yaitu dari Rp875 pada 10 Desember 2021 menjadi Rp510 per saham pada 10 Juli 2024. Selama periode tersebut, saham AVIA sempat ditutup di harga terendah Rp426 per saham pada 22 Desember 2023 dan tertinggi di harga Rp925 per saham pada 30 Desember 2021.

Adapun saham DEPO tercatat di BEI pada 25 November 2021. Dalam rangka IPO, DEPO menawarkan 1,02 miliar saham dengan nilai nominal Rp25 per saham. Dengan harga IPO sebesar Rp482 per saham, DEPO saat itu meraih tambahan modal sebesar Rp493,57 miliar.

Saham DEPO ditutup melambung Rp118 (24,48%) pada 25 November 2021, dari Rp482 menjadi Rp600 per unit. Selama periode 25 November 2021 sampai dengan 10 Juli 2024, harga saham DEPO mengalami koreksi 40,33%, yaitu dari Rp600 menjadi Rp358 per saham. Saham emiten peritel bahan bangunan ini sempat ditutup di harga terendah di level Rp354 pada 05 Juli 2024 dan tertinggi di posisi Rp620 pada 26 November 2021.

Catatan, DEPO membukukan laba bersih Rp24,33 miliar (Rp3,58 per saham) pada triwulan I 2024, naik 3,22% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp23,57 miliar (Rp3,48 per saham). Pencapaian laba ini seiring penjualan bersih yang dicatatkan DEPO sebesar Rp694,82 miliar per Maret 2024. Hasil ini tumbuh 2,01% dari penjualan bersih DEPO sebesar Rp681,12 miliar per Maret 2023.

Tidak itu saja. Saham PT Mega Perintis Tbk (ZONE) dicatatkan di BEI pada 12 Desember 2018. Dalam rangka IPO, perusahaan menerbitkan 197 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Harga pelaksanaan sebesar Rp298, sehingga dana yang diperoleh dari IPO sebesar Rp58,71 miliar. ZONE merupakan Grup Mega Perintis, sebuah pabrik fesyen yang fokus pada pakaian pria.

Harga saham ZONE selama lima tahun, sejak 12 Juli 2019 mengalami kenaikan sebesar 83,64%, yaitu dari Rp550 menjadi Rp1.010 per saham pada 10 Juli 2024. Pada periode tersebut, harga saham ZONE sempat ditutup di harga terendah, yaitu Rp368 pada 28 Februari 2020, dan tertinggi di harga Rp1.810 pada 24 Juni 2022.

Terbaru, ZONE membukukan laba bersih sebesar Rp17,08 miliar pada triwulan I 2024, turun 6,9% dari kuartal yang sama tahun lalu. Padahal dari sisi top-line, penjualan bersih ZONE naik 40,61% menjadi Rp214,86 miliar di triwulan I 2024. Di kuartal yang sama tahun lalu, penjualan bersih ZONE tercatat sebesar Rp152,8 miliar.

Kenaikan penjualan ZONE diikuti oleh beban pokok penjualan yang naik hingga 117% menjadi sebesar Rp103,37 miliar. Di samping itu, beban penjualan ZONE juga mengalami kenaikan 18% menjadi Rp6,29 miliar. Perseroan juga membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp88,89 juta.

Sebelumnya, ada PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK), emiten keramik yang sahamnya dicatatkan di BEI pada 31 Oktober 2018. Dalam rangka IPO, CAKK saat itu menawarkan 300 juta saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Harga penawaran ditetapkan sebesar Rp168 per saham, sehingga total dana yang dihimpun mencapai Rp50,4 miliar.

Dari sisi harga saham, CAKK mengalami fluktuasi cukup tajam selama periode 12 Juli 2019 sampai dengan 10 Juli 2024. Selama periode tersebut harga saham CAKK naik 51,26%, dari Rp119 menjadi Rp180 per unit. Dalam periode itu juga, saham CAKK mencapai harga terendah di Rp50 pada 28 Februari 2020, dan tertinggi di harga Rp278 per saham pada 21 Oktober 2022.

Catatan, pendapatan bersih CAKK mengalami penurunan 11,12%, dari Rp55,37 miliar per Maret 2023 menjadi Rp49,21 miliar per Maret 2024. Dari pendapatan bersih tersebut, CAKK mampu membukukan laba Rp17,85 miliar (Rp14,84 per saham) pada triwulan I 2024. Angka ini melejit sebesar 2.756% dibandingkan laba CAKK di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp625,10 juta (Rp0,52 per saham).

Peningkatan laba bersih CAKK ini berasal dari pendapatan lain-lain bersih yang mencapai Rp27,17 miliar per Maret 2024. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, CAKK mencatat beban lain-lain bersih Rp774,25 juta.

Di tengah penurunan pendapatan bersih, total beban usaha CAKK justru meningkat 57,76% dari Rp5,54 miliar menjadi Rp8,74 miliar. Inilah yang menyebabkan CAKK mengalami rugi usaha Rp9,32 miliar per Maret 2024. Berbanding terbalik, di periode yang sama tahun 2023 CAKK mencatat laba usaha Rp1,40 miliar.

Pada 9 Juli 2018, saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE), perusahaan properti dan real estate dicatatkan di BEI. Dalam rangka IPO, RISE menerbitkan 1,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp163 per saham, sehingga total dana dihimpun saat itu mencapai Rp244,5 miliar.

Harga saham RISE selama lima tahun, sejak 12 Juli 2019 sampai dengan 10 Juli 2024 mengalami kenaikan sebesar 48,87%, yaitu dari Rp665 menjadi Rp990 per saham pada 10 Juli 2024. Pada periode tersebut, harga saham RISE sempat ditutup di harga terendah, yaitu Rp296 pada 18 Maret 2022, dan tertinggi di harga Rp1.100 pada 09 Desember 2022.

Emiten properti beraset Rp3,20 triliun per 31 Maret 2024 itu membukukan laba bersih Rp849,09 juta (Rp0,08 per saham) pada triwullan I 2024. Hasil ini turun 44,69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,535 miliar (Rp0,14 per saham). Penurunan laba ini sejalan dengan pendapatan usaha RISE yang tergerus 7,36%, dari Rp64,23 miliar per Maret 2023 menjadi Rp59,50 miliar per Maret 2024.

PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), produsen air minum kemasan, IPO pada 05 Mei 2017. Dalam rangka IPO, saat itu CLEO menerbitkan 450 juta saham dengan harga pelaksanaan sebesar Rp115 per saham, sehingga total dana dihimpun mencapai Rp51,75 miliar.

Hermanto Tanoko, Komisaris Utama CLEO, mengemukakan, IPO ini merupakan momen bersejarah. “Ini menjadi momen bersejarah bagi kami. Kami berharap, ke depan bisa lebih dikenali sehingga lebih banyak dikonsumsi masyarakat,” ujar Hermanto Tanoko, Komisaris Utama CLEO, dalam seremoni listing CLEO di Jakarta pada 05 Mei 2017.

Harga saham CLEO selama lima tahun, sejak 12 Juli 2019 sampai dengan 10 Juli 2024 mengalami kenaikan sebesar 198,31%, yaitu dari Rp414 menjadi Rp1.235 per saham pada 10 Juli 2024. Pada periode tersebut, harga saham CLEO sempat ditutup di harga terendah, yaitu Rp342 pada 20 Maret 2020, dan tertinggi di harga Rp1.375 pada 31 Mei 2024. (yan/daiz)

Artikel Terkait

Siapkan Dana Rp2 Triliun, Barito Renewables Mulai Beli Kembali Saham di BEI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)...

Jelang Akhir Pekan, Harga Saham 476 Emiten Melemah, IHSG Rontok 1,94%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Paham Pasar Kopi, Begini Strategi Fore Coffee Memimpin Pasar Kopi Premium

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Fore Kopi Indonesia Tbk (Fore...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini