STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) atau Danamon optimistis kredit bisa tumbuh dua digit meski dihadang berbagai tantangan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Keuangan Bank Danamon, Muljono Tjandra, dalam konferensi pers virtual yang diadakan di Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Muljono menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit (loan) Danamon dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif. Ia meyakini pertumbuhan kredit Perseroan akan terus positif. “Kami optimis bahwa kredit akan terus tumbuh. Dalam dua tahun terakhir, kami berhasil tumbuh dengan dua digit. Kami berharap pertumbuhan akan tetap di sekitar itu,” katanya.
Total kredit termasuk Trade Finance meningkat sebesar 14% Year-on-Year (YoY) menjadi Rp183,9 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh semua lini bisnis, termasuk Enterprise Banking & Financial Institution, Consumer Banking, SME Banking, dan Adira Finance. “Kita tumbuh dengan baik dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada semester pertama tahun ini,” ujar Muljono.
Muljono menambahkan, Enterprise Banking & Financial Institution (EBFI) tumbuh 12% YoY mencapai Rp82,7 triliun. Sementara kredit konsumen meningkat 32% YoY. Segmen UKM naik 9% YoY, dan kredit pembiayaan dari PT Adira Dinamika Multifinance meningkat 15% mencapai Rp58,4 triliun.
Pertumbuhan kredit di Danamon tidak hanya cepat, tetapi juga diiringi dengan kualitas aset yang terjaga. Rasio cakupan Non-Performing Loan (NPL) meningkat menjadi 263,2% dari 259,9% pada tahun lalu, sementara rasio Gross NPL membaik 10 basis point (bps) menjadi 2,2%.
Dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 15% YoY, mencapai Rp146,1 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan Granular Funding sebesar 10% pada semester pertama 2024.
Namun, pertumbuhan kredit di Danamon tercatat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga. “Pertumbuhan kredit secara perbankan mencapai sekitar 12% year on year, sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga hanya sekitar 8,5%,” tambah Muljono.
Selain itu, kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait SRBI juga mempengaruhi likuiditas. “Kebijakan SRBI dari BI menyedot likuiditas. Pelanggan yang mencari yield tinggi akan mengubah portofolio mereka dari CASA menjadi SRBI,” jelas Muljono.
Faktor eksternal seperti kebijakan bunga The Fed juga menjadi perhatian. “Kita juga melihat faktor lain seperti kebijakan bunga The Fed dan apakah akan diikuti oleh BI. Jika kebijakan makro ekonomi mendukung, kita bisa mencapai hasil yang lebih baik di semester kedua,” ujar Muljono.
Dalam hal ekspansi bisnis, Danamon selalu terbuka terhadap peluang baru. “Kami selalu terbuka untuk mengejar peluang baru, namun harus sesuai dengan strategi kami dan mempertimbangkan kompleksitas serta sumber daya yang ada,” tutup Muljono.
Daisuke Ejima, Direktur Utama Danamon, mengungkapkan dari sisi profitabilitas, Perseroan mencatat kenaikan pendapatan operasional menjadi Rp9,4 triliun pada semester pertama tahun 2024. Ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan pendapatan komisi. Pre-Provision Operating Profit (PPOP) tercatat sebesar Rp4,3 triliun, meningkat 10% YoY. Kenaikan ini turut berkontribusi terhadap laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp1,5 triliun.