STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Lama tak terdengar, apa kabar Ridwan Kamil saat ini? Setelah tak terpilih menjadi Gubernur Jakarta, Kang Emil, demikian sapaan akrabnya, jarang terlihat di depan publik. Kemunculan terakhir mantan Gubernur Jawa Barat itu, saat ia menyapa melalui sebuah unggahan di laman Instagram pribadinya @ridwankamil. Pada postingan tanggal 1 Januari 2025 itu, Kang Emil, mengucapkan selamat tahun baru 2025.
“Happy New Year 2025. Selamat Tahun Baru 2025 untuk semua.Semoga lebih banyak berita baiknya daripada berita buruknya. Banyak damainya, sedikit bertengkarnya. Banyak lunasnya, sedikit hutangnya. Aamiin,“ ucapnya.
Kang Emil mengungkapkan bahwa kesibukannya saat ini adalah mendampingi sang istri, Atalia Praratya, yang tengah sibuk mengurus bisnisnya. “Saya mah mengasuh istri @ataliapr sebagai travel agent, tour guide dan juga porter sekaligus kasir,” imbuhnya.
ia menambahkan, dengan menemani sang istri saat traveling juga menjadi kesempatan untuk menyalurkan hobinya. “Dan melakukan apa yang saya sukai jika traveling, yaitu merekam perjalanan dengan sketsa,” paparnya.
Tak lupa, ia juga berpesan kepada para pengikutnya di Instagram yang mencapai 21,6 juta akun untuk selalu bahagia. “Jangan lupa bahagia untuk semuanya. Dan berbagialah dengan ukuran sepatu masing-masing,” tukasnya.
Rupanya, selain menemani istri tercinta menjalankan bisnis, Kang Emil punya kesibukan lain yang tak kalah menyita waktu. Saat ditemui di Kawasan Senopati, Jakarta Selatan, pada Selasa (21/1/2025), pria kelahiran 4 Oktober 1971 itu, berbagi cerita tentang aktivitasnya. Saat ini, peraih gelar Sarjana Arsitek dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995 itu, tercatat sebagai Komisaris Independen PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk. Asal tau saja, emiten dengan kode perdagangan saham GRIA ini, bergerak dalam bidang real estate. Ia terlihat antusias menjalani perannya di dunia korporasi.
Bukan itu saja, lulusan Magister Urban Desain di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat tersebut, kini sibuk dengan dunia kopi. Kang Emil mengaku sedang fokus mengembangkan bisnis Jabarano Coffee. Bisnis ini tidak hanya memperkenalkan kopi Indonesia ke dunia, tapi juga memajukan hilirisasi industri kopi di tanah air.
Kang Emil, mengungkapkan rencananya untuk membawa bisnis kopi Jabarano Coffee ke tingkat global. Ia menjelaskan bahwa ide tersebut sudah ada sejak lama. Namun, pelaksanaannya baru bisa dimulai setelah dirinya pensiun dari jabatan sebagai Gubernur Jawa Barat. “Konsepnya sudah lama, tapi eksekusinya baru setelah saya pensiun,” ujarnya.
Ia berbagi cerita soal inspirasinya yang datang dari pengalaman berkeliling dunia selama 10 tahun. Selama perjalanannya, ia mengaku sering kesulitan menemukan restoran Indonesia di luar negeri. Hal ini berbeda dengan makanan China dan Jepang yang sudah lebih dikenal secara global. Namun, ia melihat peluang besar pada kopi. Menurutnya, kopi lebih mudah dikelola dan memiliki pasar yang luas.
Kang Emil mengungkapkan, kopi adalah minuman yang disukai di seluruh dunia. Konsumsinya pun tidak terbatas oleh waktu. “Kopi bisa dinikmati kapan saja, pagi, siang, sore, atau malam,” ujarnya.
Ia juga menyoroti potensi besar kopi Indonesia. Namun, produktivitasnya masih tertinggal dibandingkan Vietnam. “Di Vietnam, satu hektar bisa menghasilkan lima ton kopi, sedangkan di Indonesia baru satu ton per hektar,” jelas Kang Emil.
Ia menargetkan bisnis Jabarano Coffee tidak hanya menjual kopi di kafe, tetapi juga memiliki perkebunan sendiri untuk mendukung rantai pasokan. Ia optimistis dengan peluang pasar yang terus tumbuh. “Eropa saja pasarnya mencapai US$40 miliar, sementara China US$16 miliar. Demand naik 34%, tapi suplai kopinya tidak bertambah,” tambahnya.

Rencana ekspansi ke luar negeri juga sudah disusun. Ekspansi bisnis Jabarano Coffee dimulai pada 25 Januari 2025 di Seoul, Korea Selatan. “Minggu ini kami buka outlet pertama di Seoul,” ungkapnya. Setelah Seoul, Jabarano Coffee juga akan hadir di Copenhagen – Denmark, Budapest – Hungaria, dan Madinah – Arab Saudi. Di Asia Tenggara, Jabarano Coffee telah mencapai kesepakatan ekspansi di Vietnam.
Kang Emil mengatakan, kehadiran di negara-negara tersebut didukung oleh mitra lokal dan hubungan baik dengan duta besar.
“Misalnya di Hungaria, nanti Maret kami buka di Budapest karena Dubes Pak Dimas Wahab sangat mendukung. Dengan adanya mitra lokal, ekspansi jadi lebih mudah,” jelasnya.
Kang Emil berharap Jabarano Coffee bisa berkembang seperti Starbucks yang memiliki pendapatan Rp300 triliun per tahun dari seluruh cabang di dunia. “Mimpinya seperti itu, tolong didukung,” pintanya.
Saat ini, Jabarano Coffee memiliki lima cabang, empat di Bandung dan satu di Ubud, Bali. Tahun ini, ekspansi lokal akan difokuskan di Jakarta dan Bali. “Kami dalam persiapan untuk ekspansi di Jakarta,” katanya.
Kang Emil menjelaskan, investasi untuk membuka satu outlet berkisar antara Rp1 miliar hingga Rp12 miliar. Jabarano Coffee memiliki kelas yang berbeda, dari yang berkonsep premium seperti Starbucks hingga yang lebih sederhana.
Saat ini, Jabarano Coffee telah beroperasi selama 1,5 tahun sejak cabang pertama dibuka pada 2023. Hingga akhir tahun ini, total investasi yang sudah disiapkan mencapai Rp50 miliar untuk pembukaan 10 hingga 15 cabang.
“Akan ada tambahan empat outlet di luar negeri dan enam outlet di dalam negeri. Harusnya penambahan outlet lokal lebih dari enam, karena banyak yang antre,” imbuhnya.
Dengan 5 cabang yang sudah beroperasi, Jabarano Coffee telah mempekerjakan 200 karyawan. “Kalau kita punya 100 cabang, bayangkan berapa banyak tenaga kerja yang bisa terserap,” terangnya dengan optimis.
Jabarano Coffee Pilih Bagi Hasil, Bukan Franchise
Kang Emil mengungkapkan strategi bisnis di balik kesuksesan Jabarano Coffee. Ia mengatakan bahwa Jabarano Coffee tidak menggunakan sistem franchise karena dianggap memiliki banyak masalah.
“Kita menemukan kesimpulan franchise itu banyak problemnya. Kualitas kontrolnya tidak terjaga dan sering pemilik franchise berimprovisasi. Akhirnya, satu outlet dengan outlet lain itu tidak sama,” kata Kang Emil.
Sebagai gantinya, Jabarano Coffee menggunakan sistem bagi hasil. Investor hanya berperan pasif dalam bisnis ini. “Bagi hasilnya itu investasi dilaporkan dan investor tinggal menunggu hasilnya,” tambahnya.
Strategi pemasaran Jabarano Coffee juga memanfaatkan popularitas Kang Emil. “Kadang-kadang orang penasaran karena siapa yang mempromosikan. Itu juga jadi daya tarik tersendiri,” ujarnya.
Untuk mencapai titik impas atau break-even point, Jabarano Coffee menargetkan waktu dua hingga tiga tahun. “Kalau dikelola dengan baik, dua tahun sudah bisa balik modal. Makanya bisnis F&B itu bagus asal manajemennya benar,” jelas Kang Emil.