Jumat, Maret 21, 2025
27.5 C
Jakarta

Dolar AS Menguat Tajam,  Euro dan Yen Babak Belur!

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS melonjak tajam pada penutupan perdagangan Selasa (18/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (19/2/2025) WIB. Ketidakpastian negosiasi damai Rusia-Ukraina dan ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump membuat investor buru-buru berburu aset safe-haven.

Mengutip CNBC International, euro menjadi mata uang yang paling terpukul. Mata uang Eropa itu melemah 0,4% ke US$1,0439. Ini adalah pelemahan dua hari berturut-turut setelah pekan lalu sempat naik ke level tertinggi dalam dua minggu.

Ketegangan geopolitik kembali meningkat. Rusia mengajukan tuntutan baru dalam negosiasi damai dan meminta NATO mencabut janji tahun 2008 yang menyatakan Ukraina bisa bergabung di masa depan.

Dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang. Yen turun 0,3% ke 151,96 per dolar setelah data menunjukkan sentimen pengembang perumahan AS anjlok ke level terendah dalam lima bulan. Penyebabnya adalah tarif impor dan suku bunga hipotek yang tinggi.

Padahal, ekonomi Jepang sebenarnya cukup kuat. Produk Domestik Bruto (PDB) untuk Oktober-Desember 2024 menunjukkan pertumbuhan yang solid. Inflasi yang masih tinggi juga memicu spekulasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga lagi pada Juli 2025.

Poundsterling juga melemah. Mata uang Inggris turun 0,2% ke US$1,2593 meski data menunjukkan pertumbuhan upah di Inggris semakin cepat.

Pasar kini menunggu risalah pertemuan The Fed yang akan dirilis Rabu ini. Investor mencari sinyal apakah bank sentral AS akan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, di tengah kekhawatiran ekonomi akibat kebijakan tarif Trump.

Data pekan lalu menunjukkan inflasi konsumen AS naik dengan laju tercepat dalam 18 bulan pada Januari. Hal ini semakin memperkuat sinyal bahwa The Fed tidak akan buru-buru memangkas suku bunga.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, naik 0,5% ke 107,1. Namun, indeks ini masih mendekati level terendah dua bulan di 106,56 yang tercapai pada Jumat lalu.

Dari Australia, keputusan bank sentral (RBA) memangkas suku bunga 25 bps ke 4,10% sempat mengguncang dolar Australia. Mata uang ini sempat menyentuh level tertinggi dua bulan di US$0,6374 pada Senin, sebelum akhirnya stagnan di US$0,6354.

Artikel Terkait

AMMN Rilis Lapkeu 2024, Laba Meningkat 148% Jadi US$642 Juta

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)...

Bank Mandiri Terbitkan Global Bond US$800 Juta, Permintaan Membludak

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)...

Melambung 783%, Emiten Pengembang Real Estate (BSBK) Bukukan Laba Rp349,58 Miliar, Ini Penopangnya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Wulandari Bangun Laksana  Tbk (BSBK)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini