STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas turun tajam pada penutupan perdagangan Kamis (5/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (6/12/2024) WIB. Penurunan ini terjadi setelah imbal hasil obligasi AS menguat. Kenaikan tersebut dipicu oleh data klaim pengangguran mingguan yang baru dirilis. Pasar kini fokus pada data non-farm payrolls (NFP) AS yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai kebijakan suku bunga The Fed.
Mengutip CNBC International, emas spot tercatat turun 0,8%, menjadi US$2.628,54 per ons. Kontrak berjangka emas AS juga melemah 0,9%, menjadi US$2.653,50 per ons.
David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, mengatakan bahwa pasar emas sedang berada dalam periode stagnasi. “Kami menunggu data atau stimulus selanjutnya yang bisa mendorong harga emas keluar dari range ini,” katanya.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS 10 tahun tercatat naik 0,6%. Bitcoin juga mencatatkan rekor baru dengan melampaui harga US$100.000 pada hari yang sama.
Data klaim pengangguran mingguan menunjukkan kenaikan moderat, yang menandakan pasar tenaga kerja AS mulai menunjukkan tanda-tanda pendinginan.
Sekarang, perhatian investor beralih pada data NFP AS yang akan dirilis Jumat. Diperkirakan sektor pekerjaan akan mencatatkan penambahan 200.000 pekerjaan pada bulan November, setelah hanya menambah 12.000 pekerjaan pada Oktober. Jika data menunjukkan angka yang lemah, harga emas bisa mendapatkan dukungan lebih lanjut.
Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, mengatakan bahwa jika laporan NFP menunjukkan hasil yang lebih rendah, hal itu bisa memberikan dorongan bagi harga emas.
Di sisi lain, Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini membuat The Fed lebih hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan ada kemungkinan 74% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 17-18 Desember mendatang.
Harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Perak spot turun 0,2%, menjadi US$31,22 per ons. Platinum terkoreksi 0,1% menjadi US$940,00, sedangkan palladium mengalami penurunan lebih dalam, yaitu 1,1%, menjadi US$967,50.
Menurut analis ANZ, peralihan permintaan untuk katalis mobil dari palladium ke platinum menjadi hambatan utama bagi harga palladium. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2026.