STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia turun pada penutupan perdagangan Selasa (6/8/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (7/8/2024) WIB. Dolar AS yang menguat dan kenaikan imbal hasil obligasi menjadi penyebab utama penurunan ini. Namun, harapan akan pemotongan suku bunga AS pada bulan September dan ketegangan di Timur Tengah membantu menjaga harga emas tetap stabil setelah penurunan tajam sebelumnya.
Mengutip CNBC International, harga emas spot jatuh 0,80% menjadi US$2.388,34 per ons. Pada sesi sebelumnya, harga emas turun 1,5% akibat aksi jual global yang dipicu oleh kekhawatiran resesi di AS.
Kontrak berjangka emas AS juga mengalami penurunan 0,5%, ditutup pada US$2.431,60. Indeks dolar naik 0,25%, hari pertama perdagangan lebih tinggi terhadap yen Jepang bulan ini. Kenaikan ini membuat harga emas dalam dolar menjadi kurang terjangkau bagi pembeli internasional.
Amelia Xiao Fu, kepala pasar komoditas di BOCI, mengatakan bahwa kekuatan dolar masih menekan harga emas. Meski demikian, kondisi makro untuk emas tetap positif, sehingga harga emas kemungkinan akan bergerak dalam kisaran tertentu dalam waktu dekat.
Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat setelah kelompok bersenjata Hizbullah dari Lebanon melancarkan serangan drone dan roket ke Israel utara.
Sementara itu, pembuat kebijakan Federal Reserve membantah bahwa data pekerjaan bulan Juli yang lebih lemah menunjukkan ekonomi AS berada dalam resesi. Mereka juga memperingatkan bahwa pemotongan suku bunga mungkin diperlukan untuk mencegah resesi lebih lanjut.
Emas tetap menjadi aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan diuntungkan dari lingkungan suku bunga rendah. Investor mengharapkan bank sentral akan memangkas suku bunga, yang bisa membatasi potensi penurunan harga emas atau bahkan mendorongnya ke rekor tertinggi baru. Fawad Razaqzada, analis pasar di Forex.com, memperkirakan harga emas bisa mencapai US$2.500 dalam waktu dekat.
Menurut CME FedWatch Tool, pasar melihat peluang 100% untuk pemotongan suku bunga pada bulan September.