STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Kinerja keuangan PT Sepatu Bata Tbk (BATA) belum membaik, setidaknya hingga akhir tahun lalu. BATA kembali merugi Rp190,28 miliar pada 2023, membengkak 79,65% dari rugi Rp105,91 miliar tahun 2022. Upaya perbaikan kinerja oleh manajemen belum membuahkan hasil positif.
Kerugian BATA, menurut laporan keuangan per 31 Desember 2023 yang disampaikan ke BEI, Senin (13/5/2024), disebabkan antara lain, oleh penjualan bersih yang turun 5,25% jadi Rp609,61 miliar, dari Rp643,45 miliar pada 2022.
Manajemen Perseroan hanya mampu menekan turun beban pokok penjualan sebesar 0,74% jadi Rp380,55 miliar, dari Rp383,43 miliar pada 2022. Akibatnya, laba kotor BATA turun 11,9% jadi Rp229,05 miliar dari Rp260,02 miliar pada 2022.
Di sisi lain, beban penjualan dan pemasaran serta beban umum dan administrasi BATA naik 21,19% jadi Rp259,91 miliar dan 6,04% ke Rp117,87 miliar pada 2023. Hal ini mengakibatkan rugi usaha BATA membengkak 145% jadi Rp148,28 miliar pada 2023 jika dibandingkan Rp60,63 miliar pada tahun 2022. Rugi sebelum pajak BATA meningkat 138% jadi Rp162,14 miliar dibanding Rp68,14 miliar tahun 2022.
Total asset BATA per Desember 2023 sebesar Rp585,73 miliar, turun 19,1% dari Rp724,01 miliar per Desember 2022. Jumlah liabilitas BATA, sebesar Rp454,38 miliar, naik 12,38% dari Rp404,31 miliar per Desember 2022. Ini terdiri atas liabilitas jangka pendek Rp389,56 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp64,82 miliar. Ekuitas BATA anjlok 58,92% jadi Rp131,35 miliar, dari Rp319,76 miliar.
Sekedar informasi, BATA telah menghentikan operasional pabrik Perseroan yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April 2024. Penutupan pabrik dilakukan karena Perseroan terus merugi selama empat tahun terakhir.
BATA juga tampak sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta, karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik ini terus menurun. Kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia. (konrad)